JAKARTA. Pertumbuhan kredit industri perbankan tahun ini diprediksi sulit untuk mencapai target 15%-17% secara year on year (yoy). Sebab pertumbuhan ekonomi nasional sampai akhir tahun juga diprediksi sulit mencapai 5,7% sampai akhir tahun. Eny Sri Hartati, Direktur Indef mengatakan target pertumbuhan ekonomi nasional yang semula diprediksi mencapai 5,7% telah direvisi. Kini pemerintah hanya mematok target pertumbuhan ekonomi nasional di level 5,4%. "Padahal target pertumbuhan kredit perbankan antara 15%-17%, itu memungkinkan kalau pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,7%," kata Eny, Selasa (9/6). Eny menegaskan saat ini daya beli masyarakat sedang menurun drastis. Ditambah dunia usaha yang juga melambat, kini terjadi kenaikan tingkat rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) di industri perbankan. "Oleh sebab itu pemerintah harus segera melakukan stimulus jangka pendek, jangan semua terfokus ke pembiayaan infrastruktur jangka panjang," ujar Eny. Eny menyarankan pemerintah segera melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan gairah usaha mikro dan kecil. Jika pemerintah sulit memberikan subsidi bunga kredit mikro dan kredit kecil, setidaknya pemerintah mempermudah akses pelaku usaha mikro dan kecil untuk memasarkan barangnya. "Ditambah pelatihan teknis untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan pelaku usaha mikro dan kecil. Serta terobosan supaya pelaku usaha mikro kecil bisa mengakses kredit tanpa diwajibkan memiliki agunan, namun dari penilaian kelayakan usaha," jelas Eny. Eny memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional sampai akhir tahun ini tumbuh hanya 5,2%. Sehingga pertumbuhan kredit perbankan kemungkinan di level 13%-14% secara yoy. Namun jika portofolio kredit perbankan nasional banyak berasal dari kredit konsumsi, dampaknya justru tak optimal bagi pertumbuhan ekonomi nasional. "Justru pertumbuhan kredit produktif itulah yang paling berkontribusi agar pertumbuhan ekonomi nasional bisa optimal," pungkas Eny. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per April 2015, jumlah kredit yang disalurkan perbankan mencapai Rp 3.747,3 triliun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan hanya 10,3% secara yoy. Sementara kredit mikro mencapai Rp 148,7 triliun atau tumbuh 19,2% secara yoy. Sedangkan kredit kecil mencapai Rp 198,1 triliun atau tumbuh 5,3% secara yoy.
Indef: Kredit perbankan kemungkinan tumbuh 13%
JAKARTA. Pertumbuhan kredit industri perbankan tahun ini diprediksi sulit untuk mencapai target 15%-17% secara year on year (yoy). Sebab pertumbuhan ekonomi nasional sampai akhir tahun juga diprediksi sulit mencapai 5,7% sampai akhir tahun. Eny Sri Hartati, Direktur Indef mengatakan target pertumbuhan ekonomi nasional yang semula diprediksi mencapai 5,7% telah direvisi. Kini pemerintah hanya mematok target pertumbuhan ekonomi nasional di level 5,4%. "Padahal target pertumbuhan kredit perbankan antara 15%-17%, itu memungkinkan kalau pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,7%," kata Eny, Selasa (9/6). Eny menegaskan saat ini daya beli masyarakat sedang menurun drastis. Ditambah dunia usaha yang juga melambat, kini terjadi kenaikan tingkat rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) di industri perbankan. "Oleh sebab itu pemerintah harus segera melakukan stimulus jangka pendek, jangan semua terfokus ke pembiayaan infrastruktur jangka panjang," ujar Eny. Eny menyarankan pemerintah segera melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan gairah usaha mikro dan kecil. Jika pemerintah sulit memberikan subsidi bunga kredit mikro dan kredit kecil, setidaknya pemerintah mempermudah akses pelaku usaha mikro dan kecil untuk memasarkan barangnya. "Ditambah pelatihan teknis untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan pelaku usaha mikro dan kecil. Serta terobosan supaya pelaku usaha mikro kecil bisa mengakses kredit tanpa diwajibkan memiliki agunan, namun dari penilaian kelayakan usaha," jelas Eny. Eny memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional sampai akhir tahun ini tumbuh hanya 5,2%. Sehingga pertumbuhan kredit perbankan kemungkinan di level 13%-14% secara yoy. Namun jika portofolio kredit perbankan nasional banyak berasal dari kredit konsumsi, dampaknya justru tak optimal bagi pertumbuhan ekonomi nasional. "Justru pertumbuhan kredit produktif itulah yang paling berkontribusi agar pertumbuhan ekonomi nasional bisa optimal," pungkas Eny. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per April 2015, jumlah kredit yang disalurkan perbankan mencapai Rp 3.747,3 triliun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan hanya 10,3% secara yoy. Sementara kredit mikro mencapai Rp 148,7 triliun atau tumbuh 19,2% secara yoy. Sedangkan kredit kecil mencapai Rp 198,1 triliun atau tumbuh 5,3% secara yoy.