KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan inflasi sampai akhir tahun akan mencapai angka 3,7%. "Inflasi yang terjadi bulan Agustus cukup anomali di mana justru terjadi deflasi di sektor makanan dan transportasi. Kondisi ini mencerminkan bahwa imported inflation akibat pelemahan kurs rupiah belum dirasakan karena pedagang masih menahan harga jualnya," ujar Bhima Yudhistira, Ekonom Indef, Senin (3/9). Bhima bilang, menurut riset menunjukkan, para pedagang masih mengalami kekhawatiran akan omzet yang menurun jika harga jual baru diterapkan, karena konsumsi rumah tangga yang masih rendah dikisaran 4,9% padahal dari sisi biaya impor dan logistik mengalami kenaikan.
Berikutnya, ia mengatakan bahwa para pedagang masih menggunakan stok barang 3 - 4 bulan yang lalu, di mana pelemahan rupiah masih belum menembus angka Rp 14.700. Setelah stok barang habis akan menimbulkan tekanan inflasi yang cukup tinggi khususnya di sektor pangan. Ia memproyeksikan pada bulan September, Oktober sampai Desember akan terus terjadi kenaikan inflasi. Adapun Faktor harga minyak yang naik akan menjadi komponen yang harus diwaspadai karena akan berimbas ke penyesuaian harga BBM non subsidi dan tarif transportasi. Bhima memberikan saran pada pemerintah supaya terus menjaga rupiah agar tetap stabil sehingga harga barang impor terjaga khususnya di sektor pangan seperti, beras, daging sapi, dan gandum. Selain itu pemerintah juga diminta untuk meningkatkan koordinasi antar daerah untuk memenuhi kebutuhan pangan, sehingga masalah inflasi akan selesai di level daerah saja.