KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Institute for Development on Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati memperkirakan Singapura pasti sudah mempertimbangkan dampak resesi ekonomi dengan berbagai kebijakan pemerintahnya. Menurutnya, kondisi resesi akan menjadi alasan Singapura untuk menunda atau bahkan mencabut fasilitas perdagangan keluar-masuk kepada mitra dagangnya, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Naik dari Mei, total nilai impor Indonesia Juni 2020 sebesar US$ 10,76 miliar “Dampaknya signifikan untuk perdagangan yang melewati pengkapalan barang atau jasa di Singapura biayanya jadi lebih mahal. Termasuk juga diskon, hingga protokol keluar-masuk barang di saat pandemi mungkin bisa ditanggung sendiri oleh kita nantinya,” kata Enny kepada Kontan.co.id, Rabu (15/7). Enny menyarankan kepada pemerintah, dampak resesi Singapura perlu dibicarakan dengan pengusaha dalam negeri sebagai pihak yang paling berhadapan langsung dengan perdagangan. Kedua belah pihak, musti duduk bersama mencari mitigasi risikonya, sebab secara berkelanjutan akan memengaruhi ekonomi dalam negeri. Dari sisi FDI dinilai akan tetap moncer sebab sektor logistik jasa mendominasi investasi Singapura ke Indonesia. FDI akan tetap berjalan karena akan membantu kembali masuknya impor bahan baku yang juga berasal dari Singapura. “Iya tapi akhirnya malah menjadi objek saja, yang menerima banyak manfaat itu Singapura kalau soal FDI, karena memiliki nilai tambah setelah menaruh modalnya di Indonesia,” kata Enny.
Baca Juga: Pasar lokal kurang menyerap, lebih dari 90% produksi timah masuk pasar ekspor Meski begitu, Enny menilai pemerintah harus menjadikan resesi Singapura sebagai momentum peluang membangkitkan ekonomi dalam negeri, melalui substitusi impor barang bahkan jasa. “Misalnya, impor jasa dalam hal migas bisa lewat Tanjung Karimun tidak perlu lewat Singapura. Ini untuk mendapatkan nilai tambah,” ujar Enny. Informasi saja, pada Selasa (14/7) Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Singapura mengalami kontraksi sebesar 41,2% di kuartal II-2020. Pencapaian tersebut anjlok untuk kedua kalinya setelah di kuartal I-2020 juga kontraksi 3,3%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi