KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman menilai kebijakan pemerintah mengenakan pungutan ekspor biji kakao lebih berorientasi pada penerimaan negara (revenue-driven) ketimbang pembangunan (development-driven) pada sektor perkebunan. “Di atas kertas, kebijakan ini tampak menambah sumber penerimaan. Namun secara substansial, belum menunjukkan arah pembangunan yang menguatkan petani maupun industrialisasi komoditas,” ujar Rizal kepada Kontan, Kamis (16/10/2025). Ia menilai, ketika produktivitas kakao nasional masih stagnan dan kesejahteraan petani belum meningkat, kebijakan pungutan tanpa return policy yang terukur justru berisiko menambah tekanan di sektor hulu.
Indef: Pungutan Ekspor Kakao Masih Berorientasi pada Penerimaan Bukan Pembangunan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman menilai kebijakan pemerintah mengenakan pungutan ekspor biji kakao lebih berorientasi pada penerimaan negara (revenue-driven) ketimbang pembangunan (development-driven) pada sektor perkebunan. “Di atas kertas, kebijakan ini tampak menambah sumber penerimaan. Namun secara substansial, belum menunjukkan arah pembangunan yang menguatkan petani maupun industrialisasi komoditas,” ujar Rizal kepada Kontan, Kamis (16/10/2025). Ia menilai, ketika produktivitas kakao nasional masih stagnan dan kesejahteraan petani belum meningkat, kebijakan pungutan tanpa return policy yang terukur justru berisiko menambah tekanan di sektor hulu.