Indeks agrikultur rebound 4,18% pada Februari 2021, simak prospek saham-saham CPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham agrikultur bergerak positif 4,18% pada bulan Februari 2021 setelah merosot 7,84% pada bulan Januari 2021. Kenaikan ini sejalan dengan saham-saham perkebunan kelapa sawit sekaligus penghasil crude palm oil (CPO) yang dominan bergerak di zona hijau pada bulan lalu.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Meilki Darmawan mengatakan, kenaikan saham-saham CPO didorong oleh menguatnya harga CPO yang dipengaruhi oleh jumlah suplai dan permintaan.  Pada bulan lalu, adanya perayaan hari raya Imlek di Indonesia dan China meningkatkan konsumsi produk turunan CPO dan produk olahan berbahan baku CPO.

Selain itu, konsumsi biodiesel juga mulai mencatatkan perbaikan meski belum mencapai level normal. 


"Sementara itu, dari sisi suplai, ada sedikit kendala dari sisi rantai pasokan terkait kondisi cuaca ekstrem yang terjadi selama bulan Februari 2021, khususnya di Indonesia dan juga Malaysia," tutur Meilki saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (1/3).

Menurut Meilki, saham-saham CPO juga diminati karena masih terbilang laggard dibandingkan dengan komoditas lain dari sektor pertambangan yang telah banyak mencatatakan kenaikan dan sudah mulai overvalue.

Baca Juga: Tahun ini, Putra Rajawali Kencana (PURA) siapkan capex sebesar Rp 155 miliar

Analis Phillip Sekuritas Michael Filbery menambahkan, harga CPO mencatatkan kenaikan karena didukung oleh prospek pemulihan ekonomi global pada 2021. Selain itu, harga minyak kedelai yang meningkat juga membuat permintaan beralih ke CPO, mengingat keduanya merupakan produk substitusi.

Untuk ke depannya, Michael melihat prospek pergerakan saham-saham CPO masih cukup positif. Hal ini didukung oleh mengetatnya suplai  minyak kedelai di Amerika Serikat dan Brazil serta produksi sawit di Indonesia dan Malaysia yang masih terhambat oleh gangguan cuaca hujan lebat. 

"Saham-saham CPO berpotensi sideways hingga akhir kuartal I-2021," kata Michael.

Meskipun begitu, menurut dia, mayoritas saham-saham CPO masih memiliki fluktuasi yang tinggi, melebihi fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal itu terlihat dari level beta saham-saham CPO yang masih di atas 1.

Oleh karena itu, menurut dia, investor yang agresif masih bisa trading buy saham-saham CPO dalam jangka pendek. 

Michael pun masih memasang rekomendasi buy untuk PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga masing-masing Rp 12.000 dan Rp 1.400 per saham. Per Senin (1/3), harga AALI berada di level Rp 11.250 per saham dan LSIP Rp 1.355 per saham.

Meilki juga melihat, prospek saham-saham CPO masih akan menarik di tahun ini karena kondisi pasokan yang masih akan terganggu hingga April 2021 akibat curah hujan yang berlebih. Pasokan CPO juga berpotensi kembali terganggu pada akhir tahun akibat adanya cuaca panas.

Sebaliknya, dari segi permintaan, konsumsi CPO berpeluang meningkat pada pertengahan tahun karena adanya momen puasa dan Lebaran. Ditambah lagi, program B30 sudah mulai berjalan dengan normal kembali.

Baca Juga: SGRO Perbaiki Profil Keuangan Lewat Obligasi dan Sukuk Ijarah

Meilki memperkirakan, permintaan CPO dunia pada 2021 bisa mencapai 127 juta ton atau naik 3,2% year on year (yoy). "Indonesia masih akan menyumbang permintaan terbesar, yakni mencapai 14 juta ton atau setara 12% dari total konsumsi dunia," ungkap dia.

Dengan pertimbangan tersebut, ia menilai, saham-saham CPO masih menarik untuk mulai dikoleksi dengan tujuan investasi. 

Meilki masih merekomendasikan buy AALI dengan target harga Rp 14.000  per saham. Ia mengestimasi Astra Agro Lestari dapat membukukan kenaikan laba bersih 21,6% yoy menjadi Rp 936 miliar sepanjang 2021 yang didorong oleh kenaikan ASP 2,5% yoy menjadi Rp 7.144 per kilogram.

Selanjutnya: Harga CPO menguat, laba Astra Agro Lestari (AALI) melesat 294% pada 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi