KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten yang bergelut di sektor barang baku menukik dengan cepat. Tercermin dari IDX sector basic materials yang ambles 17,57% secara
year to date (YtD) hingga perdagangan Selasa (6/6). Padahal, per kuartal I-2023 indeks saham barang baku baru melemah 2,66%. Dus, sektor ini merosot sekitar 15% hanya dalam kurun dua bulan. Pelemahan indeks barang baku hanya kalah dari saham sektor energi yang saat ini mengalami turun 22,99% (YtD). Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menyoroti pergerakan saham di sektor barang baku ikut terseret sentimen eksternal. Terutama dari stabilitas pertumbuhan ekonomi negara-negara manufaktur dan industri dunia, seperti China, Eropa, dan Amerika Serikat.
"Perlambatan pertumbuhan ekonomi dari negara-negara utama tujuan ekspor Indonesia telah memberikan tekanan pada kinerja dari sektor
basic material," ungkap Rio kepada Kontan.co.id Selasa (6/6). Kepala Riset Surya Fajar Sekuritas, Raphon Prima menyoroti karakteristik sektor barang baku yang cenderung
cyclicals. Seperti pada emiten di bidang pertambangan mineral, barang kimia, dan semen yang memiliki siklus bisnis tersendiri.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham TBIG, AUTO, dan MDKA Untuk Rabu (7/6) Kinerja sektor barang baku juga mengikuti siklus permintaan dari industri manufaktur. Pada periode April dan Mei, Raphon mengamati saham tambang mineral turun tajam terseret kekhawatiran merosotnya permintaan global. Pada saat yang bersamaan, pergerakan saham emiten kimia dan semen cenderung
sideways. Founder WH Project, William Hartanto, menimpali penurunan tajam pada saham barang baku juga karena minimnya minat investor. Pelaku pasar lebih tertuju pada saham yang baru-baru ini menebar dividen jumbo. "Ada kecenderungan juga saat tren suatu saham menurun, sebelum ada pembalikan arah, maka belum ada minat beli," sebut William. Rekomendasi Saham Meski indeks saham sedang melemah, bukan berarti saham-saham barang baku kehilangan daya tarik. Justru, kondisi ini menyimpan peluang untuk akumulasi secara bertahap dan selektif. Raphon melihat potensi musim kinerja tengah tahun bisa menjadi momentum pembalik arah. "Menjelang rilis kinerja kuartal kedua yaitu mulai akhir Juni hingga Juli, harga saham diperkirakan mulai bergerak menyambut positifnya kinerja," ungkapnya.
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova turut memandang ada potensi saham barang baku mengalami
rebound. Namun, hanya secara jangka pendek lantaran tekanan harga masih membayangi. Bagi yang ingin mengambil posisi investasi, Ivan menyarankan terlebih dulu menunggu rilis laporan keuangan. Namun untuk
speculative buy, pelaku pasar sudah mulai bisa mencermati sejumlah saham. Ivan menjagokan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) dengan
support Rp 2.700 dan target harga Rp 3.200, PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM)
support Rp 1.825 dan target harga Rp 2.050, PT Surya Esa Perkasa Tbk (
ESSA)
support Rp 474 dan target harga Rp 595, serta PT Vale Indonesia Tbk (
INCO)
support Rp 6.100 dan target harga Rp 7.050. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo sepakat, momentum kenaikan harga saham barang baku masih cenderung terbatas. Azis mengamati ada sejumlah saham barang baku menarik sebagai pilihan trading jangka pendek hingga menengah.
Baca Juga: Masih Tertekan, Begini Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Rabu (7/6) Sebagai pertimbangan untuk
trading buy, Azis memilih saham INCO, ANTM dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS) dengan potensial
upside 5%-7%. Secara teknikal, Rio merekomendasikan
wait and see untuk saham PT Timah Tbk (
TINS), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (
SMGR), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (
INKP), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (
TKIM). Sedangkan William menyematkan
wait and see pada ANTM dan PT Archi Indonesia Tbk (
ARCI), serta
buy on weakness untuk INCO dan SMGR. Raphon juga menjagokan saham SMGR dengan target harga hingga Rp 8.000 per lembar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari