KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor teknologi menguat 65,31% sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Selasa (26/1). Penguatan ini bahkan mengalahkan sektor finansial yang hanya menguat 11,24% secara
year to date (ytd). Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar melihat, belum ada sentimen khusus yang mengerek sektor teknologi yang baru diluncurkan ini. Mayoritas anggota dari indeks ini merupakan saham-saham lapis dua dan tiga dengan pergerakan harga yang cukup agresif. "Secara fundamental masih cukup sulit untuk menganalisa sektor ini karena belum ada
track record yang panjang dari emiten-emiten di dalamnya," kata Anggaraksa, Selasa (26/1).
Adapun saham yang telah menguat kumulatif hingga ratusan persen sejak awal tahun antara lain PT DCI Indonesia Tbk (
DCII), PT Indosterling Technomedia Tbk (
TECH) dan PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (
KIOS). Namun kenaikan yang agresif ini juga menyebabkan saham-saham tersebut terkena suspensi.
Baca Juga: Wall Street menguat, Nasdaq turun setelah mencetak rekor Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, penguatan indeks tersebut paling besar dipengaruhi oleh pergerakan saham Kioson yang sejak awal tahun menguat signifikan mencapai 97,92% ke level Rp 665 per saham. "KIOS bisnisnya bergerak di bidang perdagangan online atau
e-commerce dan teknologi. Ini mungkin bisa jadi alasan pasar membeli KIOS, di saat kondisi saat ini akan diuntungkan," kata Sukarno, Selasa (26/1). Untuk perusahaan yang sejenis, lanjut Sukarno, kurang lebih memiliki sentimen yang sama. Namun meski ada ekspektasi besar dari sektor perdagangan online ini, dia menilai indeks sektor teknologi ini harganya masih sangat rentan jatuh karena secara valuasi mayoritas sudah tergolong mahal. Adapun saham yang masih di bawah rata-rata ada DIVA, NFCX, PGJO, dan DMMX dengan price to book value (PBV) di bawah 3x. Sedangkan rata-rata PBV di 5,4x. Sukarno menilai DMMX lebih menarik karena likuiditas hariannya lebih banyak dibandingkan dengan saham-saham yang lainnya. "DMMX boleh trading buy dengan target harga Rp 270," kata dia.
Baca Juga: OJK: Tanpa produk kompetitif berbasis teknologi, bank bisa ditinggal nasabah Anggaraksa melihat saham PT Metrodata Electronics Tbk (
MTDL) menjadi pilihan paling menarik untuk jangka panjang di sektor ini dengan target harga Rp 1.870 per saham. Hal ini karena kinerja keuangan yang cukup baik serta tingkat utang yang rendah.
MTDL mencatatkan pendapatan sebesar Rp 10,04 triliun hingga kuartal ketiga 2020. Jumlah tersebut turun secara tahunan (yoy) dari Rp 10,22 triliun. Laba bersih tahun berjalan MTDL tercatat sebesar Rp 267,66 miliar, meningkat secara tahunan dari Rp 258,78 miliar. Adapun liabilitas MTDL tercatat sebesar Rp 2,47 triliun, terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 2,31 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 156,51 miliar. Sedangkan ekuitas MTDL tercatat sebesar Rp 3,31 triliun.
Baca Juga: Total nilai transaksi 4 marketplace terbesar pada tahun 2020 capai Rp 276,87 triliun Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati