KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham berlabel "hijau" melaju dengan stabil di zona hijau. Indeks ini melesat di atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih berkutat di zona merah, melemah 1,38% secara
year to date (YtD) hingga Kamis (11/5). Dihitung sejak awal tahun 2023, Indeks SRI-KEHATI mampu memimpin dengan penguatan 3,06%, tertinggi di antara indeks saham lain di Bursa Efek Indonesia. Selain SRI-KEHATI, keempat indeks saham "hijau" lainnya juga kompak menguat. IDX LQ45 Low Carbon Leaders membuntuti dengan return positif 2,81%, ESG Quality 45 IDX KEHATI menguat 2,01%, IDX ESG Leaders naik 1,27%, serta ESG Sector Leaders IDX KEHATI yang menguat 1,09% secara YtD.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo, menyoroti saham-saham yang masuk ke dalam kategori "hijau" dan mengusung
environmental, social, governance (ESG) memiliki daya tarik bagi investor. Praska melihat saat ini minat terhadap saham berbasis ESG juga cukup tinggi bagi kalangan manajer investasi. Tampak dari pertumbuhan produk reksadana indeks maupun Exchange Traded Fund (ETF) berbasis ESG.
Baca Juga: Jadi Indeks Paling Jeblok di BEI, Intip Rekomendasi Saham Sektor Energi "Melesatnya saham-saham berkapitalisasi besar dalam indeks berlabel "hijau" juga ditopang oleh kinerja emiten yang positif di kuartal I-2023, sehingga menambah optimisme pasar," kata Praska kepada Kontan.co.id, Kamis (11/5). Fund Manager Syailendra Capital, Rendy Wijaya, menimpali saham-saham yang masuk dalam kategori ini umumnya memiliki pertumbuhan yang relatif lebih stabil dan defensif. Kondisi makro-ekonomi global yang cenderung volatile juga menyebabkan investor cenderung lebih bersikap defensif. "Hal ini menjadi katalis bagi saham-saham berlabel "hijau". Dari segi valuasi, saham-sahamnya pun umumnya memiliki valuasi relatif wajar sejalan dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan yang cenderung stabil," ungkap Rendy.
Baca Juga: Melihat Dampak Terganggunya Layanan BSI Terhadap Nasabah Dalam tiga hingga lima tahun terakhir, Rendy melihat topik terkait ESG juga menjadi perbincangan di kalangan investor. ESG pun menjadi salah satu pertimbangan investor dalam melakukan investasi pada perusahaan tertentu, khususnya bagi investor global. Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan, menambahkan, saat ini investasi berbasis ESG
(green investment) menjadi salah satu pilihan dari sejumlah
fund managers lokal maupun asing. Salah satu keunggulannya adalah unsur keberlanjutan
(sustainability) yang relatif lebih solid. "Ke depannya, green investment kemungkinan akan semakin ramai. Negara-negara di dunia juga cenderung mengarah pada
net zero emission yang berpotensi mempercepat adopsi investasi berbasis ESG, termasuk di Indonesia," imbuh Valdy.
Baca Juga: Bergerak Liar, Bursa Efek Indonesia (BEI) Kaji Penetapan Batas Harga Waran Investasi Jangka Pendek-Panjang
Dengan fokus pada aspek
sustainability, Valdy menilai saham-saham berlabel "hijau" ini cocok sebagai pilihan investasi jangka panjang. Senada, Rendy turut melihat saham-saham yang berkaitan dengan indeks ESG layak sebagai pilihan investasi jangka menengah hingga panjang. Rendy bilang, saham-saham kategori ini umumnya memiliki pertumbuhan yang lebih stabil dan volatilitas yang lebih rendah. Praska ikut merekomendasikan saham berbasis ESG untuk investasi jangka panjang. Hanya saja, dia punya catatan. "Investor tetap perlu mencermati saham emiten yang memiliki prospek bisnis potensial, berfundamental apik dan valuasi yang relatif masih murah," kata Praska. Sementara itu, Head of Retail Marketing & Product Development Division Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi memandang saham berlabel "hijau" juga layak sebagai pilihan investasi jangka pendek hingga menengah. Sebab, pergerakan saham berlabel "hijau" seringkali didorong oleh rencana bisnis perusahaan maupun kebijakan pemerintah.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.755 Hari Ini (11/5), MAPA, BBCA, TLKM Paling Banyak Net Sell Asing Apalagi, realisasi rencana emiten dalam pemenuhan aspek ESG memerlukan waktu, begitu pula dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah. Sehingga pelaku pasar bisa terlebih dulu memanfaatkan momentum saat saham-saham berlabel "hijau" itu terpapar sentimen positif.
"Arah kebijakan pemerintah untuk mencapai
zero emission akan menjadi angin segar bagi emiten yang menggarap bisnis hijau. Hal ini menjadi katalis positif bagi perkembangan perusahaan ke depan," kata Reza. Reza pun menjagokan saham PT Astra International Tbk (
ASII) dan PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM). Praska merekomendasikan ASII, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (
INKP), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS), dan PT Pakuwon Jati Tbk (
PWON). Sedangkan Valdy memilih saham PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI), PT Surya Citra Media Tbk (
SCMA), PT Media Nusantara Citra Tbk (
MNCN), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO), dan PT Erajaya Swasembada Tbk (
ERAA). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati