Indeks Berpotensi Terjungkal ke 900 di Penghujung Tahun 2008



JAKARTA. Tahun 2008 tinggal menyisakan waktu kurang dari satu setengah bulan lagi. Para pelaku pasar modal tentunya penasaran, sampai dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak dan menutup masa-masa suram di tahun tikus ini.

Managing Director GSH Consulting Goei Siauw Hong memprediksi, indeks pada penghujung tahun 2008 berada dikisaran 900-1.000. Alasannya jelas. Salah satunya adalah harga komoditas masih mengalami penurunan disertai dengan anjloknya permintaannya akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Tidak hanya itu, pembatalan order barang ekspor dan ketatnya penyaluran kredit menambah daftar panjang pelemahan pertumbuhan perusahaan-perusahaan di dalam negeri. "Bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2009, kurang dari 3%," ujar Goei, kemarin (20/11).


Sementara itu, Equity Capital Market Strategist Trimegah Securities, Satrio Utomo mengatakan titik support berada dilevel 950 hingga 1.000. Namun bukan tidak mungkin, angkanya dapat menembus 1.375 yang dianggap sebagai titik resistance akibat upaya mempercantik laporan keuangan (window dressing).

Satrio melihat, aksi window dressing ini sudah mulai merambah pasar modal dalam kurun waktu satu, dua hari ini. "Bandingkan saja, indeks negara lain turun diatas 3%, kita hanya 2%," ujar Satrio. Aksi ini menurutnya dilakukan oleh para Fund Manager dengan cara mengangkat harga saham emiten tertentu yang memang memiliki fundamental yang bagus, seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Harapannya, portofolio yang ditempatkan oleh fund manager akan terlihat elok dimata para investornya.

Bila ternyata indeks tembus level 1.375, bukan hal yang sulit bagi indeks terbang hingga ke posisi 1.800-an. Namun bila ternyata, indeks menembus batas bawah dilevel 950, Satrio tidak punya gambaran sampai kisaran berapa indeks bakal kembali terjun bebas.

Goei sendiri memperingatkan indeks berada dilevel 700 bila kemudian minyak dunia terus merosot kelevel US$ 40 per barel. "Bottom indeks malah baru akan terjadi pada kuartal satu atau dua, tahun 2009," tegas Goei. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie