KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks BUMN20 tercatat masih merah sejak awal tahun 2024. Melansir data di laman BEI, kinerja Indeks BUMN20 masih turun 2,17% secara
year to date (YtD). Pergerakan IDX BUMN20 ini tertinggal dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat 3,59% sejak awal tahun. Tetapi, indeks IDX BUMN20 menguat 5,69% sejak awal Agustus hingga Selasa (20/8). Penguatan IDX BUMN20 ini lebih besar ketimbang kenaikan IHSG yang sebesar 3,83% pada periode yang sama. Artinya, saham-saham BUMN baru bangkit belakangan. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) baru saja mengumumkan besaran setoran dividen BUMN ke kas negara. Kemenku mengumumkan bahwa BUMN telah menyetorkan dividen sebesar Rp 68,3 triliun ke kas negara hingga akhir Juli 2024. Ini mencapai sekitar 79,6% dari target APBN 2024.
Dalam catatan Kontan.co.id, jumlah ini lebih tinggi 13,4% dari setoran BUMN ke kas negara pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 60,2 triliun. Peningkatan setoran dividen ini sebagian besar berasal dari BUMN di sektor non-komoditas, terutama dari sektor perbankan. Kementerian BUMN menargetkan setoran dividen dari laba tahun buku 2024 sebesar Rp 85,5 triliun. Target setoran dividen ini naik Rp 5 triliun dari target sebelumnya Rp 80,8 triliun.
Baca Juga: Indeks BUMN Syariah Melonjak 4,64% Sepekan, Ini Saham yang Paling Cuan Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan, penurunan indeks BUMN20 disebabkan penurunan sejumlah saham yang berbobot besar terhadap indeks, yaitu dari sektor perbankan dan PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM). Misalnya saja, kinerja saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) turun 13,54% YtD dan saham TLKM tercatat turun 24,94% YtD. “Lebih banyak saham yang turun dibandingkan yang naik harganya secara YtD,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (20/8). Budi melihat, kinerja indeks BUMN20 ke depan masih bisa lebih baik di semester II 2024. Beberapa emiten konstituennya yang berkinerja fundamental dan saham bagus adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS), PT Jasa Marga Tbk (
JSMR) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI). “Laporan keuangan mereka di semester I baik dan
earning per share (EPS) juga tercatat naik,” tuturnya.
Baca Juga: MSIN dan WIKA Memimpin Top Gainers Pasar Saham Pekan Ini Melansir RTI, kinerja saham PGAS tercatat naik 44,69% YtD dan EPS sebesar 317,3. Saham JSMR naik 11,91% YtD dan EPS sebesar 646,75. Sementara, saham BBNI naik 1,86% YtD dan EPS sebesar 571,24. Target setoran dividen laba dari BUMN sebesar Rp 85,5 triliun di tahun 2024 juga dinilai bisa tercapai jika kinerja para emiten terus digenjot di semester II nanti. “Namun, kalau payout tidak dinaikkan, sepertinya tidak akan tercapai. Setoran dividen di tahun 2024 masih akan didominasi sektor perbankan,” paparnya. Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina melihat, kinerja indeks BUMN20 yang melemah diakibatkan koreksi saham BBRI dan TLKM sejak awal tahun 2024. Kedua emiten tersebut memiliki bobot yang besar terhadap kinerja indeks secara keseluruhan. “Kinerja BBRI memang tumbuh terbatas di semester I, sedangkan kinerja TLKM justru turun,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (20/8).
Baca Juga: IHSG Menguat 0,90% pada Selasa (20/8), Begini Proyeksi Esok Hari Di semester II, kinerja indeks BUMN20 masih akan positif. Ini didorong oleh rencana penurunan suku bunga The Fed yang akan memberikan sentimen positif ke kinerja perekonomian secara keseluruhan. “Sektor perbankan juga masih akan menopang kinerja indeks BUMN20 secara keseluruhan,” ungkapnya. Martha pun melihat PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI), JSMR, PT Timah Tbk (
TINS), dan PT Elnusa Tbk (
ELSA) masih menarik untuk dilirik para investor karena kinerja keuangan yang baik di semester I dan valuasi sahamnya masih murah. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan, kinerja indeks BUMN20 masih tertekan akibat kondisi ekonomi makro dan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) di sepanjang semester I 2024. Padahal, lebih dari 50% komposisi emiten BUMN20 berasal dari sektor keuangan yang sensitif terhadap perubahan kebijakan suku bunga. ”Selain itu, terlihat dari rilis kinerja semester I yang tercatat alami perlambatan pertumbuhan laba, meskipun setoran dividen tahun 2023 lalu sempat alami kenaikan 102,5% secara tahunan menjadi Rp 81 triliun,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (20/8).
Baca Juga: Net Buy Asing Mencapai Rp 1,66 Triliun Saat IHSG Tembus Rekor Baru, Selasa (20/8) Jika dilihat dari sisi kinerja saham secara YtD, emiten dari sektor bahan baku serta minyak dan gas (migas) unggul. Misalnya, TINS kinerja sahamnya menguat +60,47% YtD, PGAS menguat 44,69% YtD, dan ELSA menguat 26,29% YtD. Hal ini disebabkan kenaikan harga komoditas energi yang mendorong kinerja sektor energi. “Emiten yang memiliki risiko keuangan kecil dan kinerja keuangan yang baik di antaranya adalah TINS, PGAS, BMRI dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS),” tuturnya.
Kondisi ekonomi makro yang lebih stabil, potensi pelonggaran kebijakan moneter, dan potensi rotasi aset investasi di semester II 2024 dilihat akan menopang pergerakan indeks BUMN20. “Emiten sektor keuangan, energi dan infrastruktur akan menjadi motor penggerak indeks BUMN20 hingga akhir tahun 2024. Ini seiring dengan arus investasi ke dalam kategori
cyclical akan semakin besar,” ungkapnya. Audi pun merekomendasikan beli untuk BBRI dengan target harga Rp 5.500 per saham, BMRI Rp 7.350 per saham, BBNI Rp 5.525 per saham, TLKM Rp 3.750 per saham, dan PGAS Rp 1.660 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati