Indeks Dolar AS Perkasa, Mata Uang Asia dan Eropa Kompak Koreksi



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Dolar AS naik ke level tertinggi sejak November pada hari Jumat (13/4), didorong oleh permintaan safe-haven di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Dolar juga terangkat sentimen meningkatnya perbedaan dalam kebijakan moneter antara Federal Reserve dan bank sentral utama lainnya.

Indeks dolar membukukan persentase kenaikan mingguan terbesar sejak September 2022. Indeks terakhir naik 0,7% pada level 106,02.

Israel pada hari Jumat menunggu serangan oleh Iran atau proksinya, seiring meningkatnya peringatan akan adanya pembalasan atas pembunuhan seorang perwira senior di kedutaan Iran di Damaskus pekan lalu.


Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menuduh Israel melakukan pembunuhan tersebut dan mengatakan Israel "harus dihukum dan harus dihukum" karena operasi yang menurutnya setara dengan serangan terhadap wilayah Iran.

“Kita menghadapi berbagai hal yang mendorong dolar: risiko geopolitik meningkat, data AS yang hawkish dalam hal inflasi, dan laporan ketenagakerjaan yang kuat minggu lalu,” kata Brad Bechtel, kepala FX global di Jefferies di New York seperti dikutip Reuters, Sabtu (13/4).

Baca Juga: Rupiah Tersungkur ke Rp 16.000 Per Dolar AS Selama Pekan Libur Lebaran Idul Fitri

Euro, sementara itu, jatuh ke level terendah dalam lima bulan terhadap dolar, setelah Bank Sentral Eropa mengindikasikan akan segera menurunkan suku bunga. Di sisi lain, ekspektasi terhadap The Fed adalah akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi hingga akhir tahun ini.

Mata uang Euro terakhir diperdagangkan pada US$ 1,0637, turun 0,9%, setelah mencapai $1,0622, yang merupakan level terlemah sejak 3 November 2023. Ini berada pada laju penurunan persentase mingguan terbesar sejak akhir September 2022.

Penguatan dolar juga mengirim yen ke level terendah baru dalam 34 tahun karena investor tetap mewaspadai tanda-tanda tindakan potensial dari otoritas moneter Jepang untuk menopang mata uang tersebut.

Dolar juga menguat terhadap mata uang rupiah menembus Rp 16.110 per dolar AS. Dalam sepekan rupiah sudah terkoreksi 1,70%. 

Data ekonomi AS baru-baru ini mengenai pasar tenaga kerja dan inflasi telah menyebabkan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed kembali tertahan.

Ekspektasi pemotongan setidaknya 25 basis poin pada bulan Juni telah menyusut menjadi 26%, turun dari 50,8%% pada minggu lalu, menurut FedWatch Tool CME. Suku bunga berjangka AS kini memperkirakan peluang sebesar 77% untuk penurunan suku bunga pertama yang dilakukan pada bulan September.

Perbedaan ekspektasi suku bunga juga telah memperlebar kesenjangan antara imbal hasil obligasi AS dan di zona euro Jerman, mencapai level tertinggi sejak 2019. Hal ini membuat obligasi AS lebih menarik dan mendorong dolar.

Editor: Rizki Caturini