Indeks Dolar AS Turun, Simak Sentimen Pendukung Penguatan Rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar Amerika Serikat (AS) lanjut terkoreksi pada perdagangan Kamis (23/3). Berdasarkan data Investing.com, indeks dolar AS ditutup di 101,925 atau turun 0,04% dari level penutupan sebelumnya di 101,972.

Dibanding level penutupan akhir Februari 2023 yang berada di 104,825, indeks dolar AS saat ini sudah merosot 2,76%. Pada Rabu (8/3), indeks yang menunjukkan nilai dolar AS relatif terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang AS ini sempat ditutup di 105,634.

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, pelemahan indeks dolar AS disebabkan oleh kebijakan The Fed yang diperkirakan less hawkish atau tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya tahun ini. Hal ini sejalan dengan rilis data inflasi AS yang menurun.


Pada Februari 2023, inflasi AS berada di 6%, lebih rendah dari 6,4% pada Januari 2023. Realisasi tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar bahwa inflasi AS terus menurun secara bertahap.

Baca Juga: Mata Uang Pilihan Saat Pasar Keuangan Goyah Buntut Ambruknya SVB

"Selain itu, tendensi pasar juga mendukung kenaikan suku bunga acuan The Fed tidak terlalu agresif setelah penutupan tiga bank di AS," kata Reny saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (23/3).

Saat ini, pasar tetap memantau situasi terkini yang berkaitan dengan kesehatan sektor perbankan dan pasar finansial setelah penutupan tiga bank AS. Pasar juga mencermati hasil Federal Market Open Committee (FOMC) meeting yang berlangsung pada 21-22 Maret 2023.

Dari domestik, perkembangan beberapa indikator ekonomi turut mendukung penguatan rupiah. Surplus neraca dagang tercatat sebesar US$ 5,5 miliar pada Februari 2023, lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar US$ 3,3 miliar dan dari bulan Januari 2023 yang sebesar US$ 3,9 miliar.

"Surplus ini didorong oleh ekspor yang masih naik sebesar 4,5% yoy sehingga mendukung penguatan rupiah," ucap Reny.

Baca Juga: Rupiah Menguat Selasa (21/3), Ini Prediksi untuk Jumat (24/3)

Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Maret 2023 yang berlangsung pekan lalu juga sesuai ekspektasi pasar. BI masih mempertahankan suku bunga acuan  sebesar 5,75%.

Menurut Reny, langkah ini tetap konsisten dengan stance kebijakan moneter pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan. BI saat ini akan lebih menjaga stabilitas dan support growth sehingga belum ada alasan yang kuat untuk menaikkan kembali suku bunga pada tahun ini.

Pada perdagangan Selasa (21/3), nilai tukar rupiah menguat 0,10% ke level Rp 15.345 per dolar AS, dari Rp 15.360 per dolar AS pada hari sebelumnya. Hingga akhir semester pertama 2023, Reny memprediksi rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 15.230 per dolar AS-Rp 15.550 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati