Indeks Dolar Diprediksi Lemah, Euro Bakal Jadi Primadona Pekan Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melemahnya indeks dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa minggu terakhir membuat sejumlah mata uang utama lain menguat dan menjadi primadona, salah satunya euro.

Indeks dolar menurun 0,01% ke 101,83 hari ini, Jumat (27/1) pukul 18.06 WIB. Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, sentimen penguat euro pada pekan depan ialah data-data ekonomi di kawasan ekonomi Eropa yang membaik.

Lalu, ada juga penyataan Presiden ECB Christine Lagarde pekan lalu yang mengatakan bahwa wajah ekonomi kawasan Eropa tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya.


Ekonomi zona Eropa mungkin bisa tumbuh, sehingga kekhawatiran resesi yang sebelumnya dikhawatirkan itu mulai mereda. Bahkan, data ekonomi di Eropa justru terus menunjukkan perbaikan.

Baca Juga: Rupiah Mampu Menguat Terhadap Dolar AS di Pekan Ini

Kata Alwi, aktivitas sektor jasa di Zona Euro mulai beralih ke ekspansi dan tumbuh di 50,7, padahal tadinya mengalami kontraksi. Meskipun begitu sektor manufakturnya masih kontraksi di 46,7, tetapi angka itu lebih baik dari bulan sebelumnya.

“Jadi, data-data ekonomi Zona Eropa yang masuk itu telah mendorong mata uang euro sampai ke level tertingginya dalam 9 bulan terakhir terhadap dolar AS,” paparnya.

Tak hanya Lagarda, Anggota Dewan ECB Peter Kazimir juga melihat suku bunga ECB kembali berpotensi naik.

Kata Alwi, ECB akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps di rapat bulan Februari dan Maret 2023. Pasar bahkan memperkirakan suku bunga ECB akan berada di 3,25%.

Baca Juga: Nasib Indeks Dolar AS Jelang Rapat The Fed

“Jadi, sikap hawkish ECB, data-data ekonomi zona Eropa yang cukup positif telah mendorong mata uang euro. Apalagi, rapat ECB akan dilakukan sehari setelah rapat The Fed dan tak menutup kemungkinan adanya kenaikan suku bunga dan euro akhirnya makin naik,” paparnya.

Senada, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, euro akan menarik pada minggu depan karena ada kemungkinan ECB akan lebih hawkish daripada The Fed. Tak hanya ECB, Bank of England (BoE) juga diprediksi akan hawkish.

“ECB dan BoE kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan mereka sebesar 50 bps pada dua bulan mendatang. Jadi, mungkin investor akan lebih milih meletakkan dana di zona ekonomi Eropa daripada di AS,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati