KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang global diperkirakan melemah dibandingkan dolar Amerika Serikat (AS/USD) di 2024. Ini seiring dengan data ekonomi AS yang lebih baik dan sikap
hawkish The Fed sehingga mendorong indeks dolar. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, indeks dolar stabil di sekitar 103,5 pada Rabu (24/1), mendekati level tertinggi dalam enam minggu. Sebelumnya, Presiden Fed San Francisco Mary Daly menyatakan bahwa ia yakin perekonomian dan kebijakan moneter AS berada dalam posisi yang baik dan terlalu dini untuk berpikir penurunan suku bunga akan segera terjadi.
Gubernur Fed Christopher Waller juga mengatakan bahwa para pengambil kebijakan akan mengambil kebijakan dengan hati-hati dan perlahan.
Baca Juga: Rupiah Melemah Hingga Tembus Rp 15.700, Simak Prediksi Pergerakan Kamis (25/1) Pada saat yang sama, penjualan ritel untuk bulan Desember lebih kuat dari perkiraan. Lalu sentimen konsumen Universitas Michigan melonjak menjadi 78,8 pada Januari 2024 atau tertinggi sejak Juli 2021. "Pasar kini melihat peluang penurunan suku bunga Fed pada bulan Maret kurang dari 50%, turun secara signifikan dari peluang hampir dua per tiga yang terlihat pada minggu lalu, menurut FedWatch Tool dari CME," jelasnya kepada Kontan, Rabu (24/1). Alhasil, sejumlah mata uang utama masih tertekan dalam sebulan terakhir. Melansir Trading Economics, EUR/USD turun 0,99% ke 1,089; AUD/USD turun 2,89% ke 0,659; dan USD/JPY naik 3,68% ke 147,51. Hanya GBP/USD yang naik 0,50% ke 1,274. Sutopo menjelaskan, AUD meluncur kembali ke posisi terendah dalam dua bulan dan menghadapi tekanan baru dari penguatan dolar AS karena pasar terus mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga. Untuk EUR tetap mendekati level terlemahnya sejak pertengahan Desember karena investor mengamati dengan cermat rilis
data flash PMI yang akan dirilis hari ini dan keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan datang pada hari Kamis. Menurut Sutopo, meskipun terdapat ekspektasi terhadap ECB untuk mempertahankan kebijakan moneternya tetap stabil, fokusnya akan tertuju pada pernyataan Presiden Christine Lagarde sebagai sinyal mengenai potensi waktu penurunan suku bunga. Pekan lalu, serangkaian komentar
hawkish dari pejabat ECB melemahkan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal. Hal itu menyebabkan pasar memperkirakan penurunan suku bunga ECB sekitar 130bps di tahun ini. Untuk yen, meskipun melemah, tetapi mulai menjauh dari posisi terendah dalam dua bulan. Hal itu disebabkan pernyataan terbaru Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda menghidupkan kembali spekulasi tentang kemungkinan perubahan dalam kebijakan moneter negara tersebut.
Baca Juga: Terlemah di Asia, Rupiah Spot Ditutup ke Rp 15.713 Per Dolar AS Pada Hari Ini (24/1) "Namun Yen cenderung akan tetap negatif untuk waktu yang panjang, meskipun terjadi penguatan," katanya. Sutopo berpendapat dengan situasi saat ini hanya dolar Kanada (CAD) yang masih menarik diperhatikan. Ekonom yang disurvei menunjukkan bahwa Bank of Canada kemungkinan akan menunda penurunan suku bunga dan sebagian besar memperkirakan tidak ada perubahan paling cepat hingga bulan Juni. Meski begitu, diperkirakan masih akan turun ke 0,728 di akhir tahun. Adapun untuk EUR di 1,053; GBP pada level 1,232; AUD 0,630; dan JPY 0,00580.
Sementara untuk rupiah, ia berpandangan juga masih akan tertekan di 2024. "Rupiah akan cenderung dipengaruhi oleh faktor dan data luar negeri dan tensi geopolitik yang diperkirakan tidak akan selesai dalam waktu dekat sehingga akan menyebabkan USD tetap kuat karena statusnya sebagai lindung nilai," sebutnya. Pada akhir kuartal ini, rupiah diperkirakan di Rp 15.604. Sementara di akhir pada berada di Rp 16.029. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi