Indeks dollar naik, harga emas diramal akan uji level US$ 1.240



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pada Selasa (10/7), harga emas tampak tertekan. Pergerakan harga emas dihambat oleh penguatan dollar AS. Emas diprediksi akan menguji level terendah dalam tujuh bulan terakhir setelah gagal naik pada sesi sebelumnya.

Asal tahu saja, mengutip data Reuters, harga emas di pasar spot sudah turun 0,14% menjadi US$ 1.255,61 per troy ounce sejak 26 Juni lalu. Pada sesi sebelumnya, harga emas berada di level US$ 1.265,87 per troy ounce. Sementara, harga kontrak emas untuk pengantaran Agustus turun US$ 4,20 menjadi US$ 1.255,40 per troy ounce.

"Jika penguatan dollar terus berlangsung, kita akan melihat pengujian level US$ 1.240, level terendah dari pekan lalu dan pertengahan Desember, level teknikal yang cukup krusial," jelas Carsten Fritsch, commodity analyst Commerzbank di Frankfurt.


Harga si kuning mentereng ini mengalami tren penurunan sejak menyentuh US$ 1.365,23 per troy ounce pada 11 April. Ini merupakan level paling perkasa sejak 25 Januari lalu.

Di sisi lain, posisi indeks dollar terhadap keranjang basket enam mata uang utama dunia mencatatkan kenaikan 0,33% menjadi 94,386 setelah sebelumnya melorot ke level terendah sejak pertengahan Juni pada Senin lalu. Penguatan dollar membuat emas yang berdenominasi dollar menjadi lebih mahal bagi pemegang emas di negara lain.

"Kenaikan pasar saham, pembeli di luar negeri membutuhkan dollar untuk membayar saham, sehingga emas lagi-lagi menjadi mahal," jelas George Gero, managing director RBC Wealth Management.

Dick Poon, general manager Heraeus Metals Hong Kong Ltd menambahkan, saat ini investor juga menanti perkembangan isu perang dagang antara AS dan China. Pada pekan lalu, dua negara dengan perekonomian terbesar dunia itu saling melakukan aksi balas dengan menetapkan tarif bagi barang impor masing-masing senilai US$ 34 miliar.

"Sejauh ini, kita melihat minimnya isu perang dagang terhadap pasar emas. Cerita paling dominannya adalah indeks dollar," jelas Gero.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie