JAKARTA. Awal tahun 2013 ini tampaknya menjadi saat yang penuh sukacita bagi para pelaku pasar saham. Bagaimana tidak? Sejak awal tahun hingga sekarang, harga saham-saham terus melejit. Alhasi l , indeks saham juga terus-menerus memperbarui rekor penutupan tertinggi. Bukan cuma Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus-menerus mencetak rekor. Kebanyakan indeks saham besar di negara lain juga terus mencetak rekor penutupan tertinggi. Pada penutupan perdagangan dua pekan lalu (1/2), Dow Jones Industrial Average (DJIA) untuk pertama kalinya sejak resesi ekonomi di 2008 bisa kembali ditutup di atas level 14.000. Saat itu, DJIA berhasil mencapai posisi 14.009,8. Di saat yang sama, indeks S&P 500 juga memperbarui rekornya. Pada Jumat (1/2) tersebut, S&P 500 berhasil melejit ke posisi 1.513,17. Indeks saham di pasar saham Asia juga sama bergairahnya. Indeks Nikkei 225 mencetak rekor tertinggi pada Rabu lalu (6/2). Hari itu, indeks bursa saham Osaka, Jepang, ini berhasil ditutup di 11.463,75, yang merupakan level tertinggi indeks ini sejak September 2008.Indeks Shanghai Composite juga mencetak rekor harga tertinggi Rabu lalu. Indeks saham di Negeri Panda ini meroket hingga 2.434,48. Sama seperti IHSG, pendorong utama kenaikan indeks saham di bursa global antara lain karena sentimen positif dari kinerja emiten yang ternyata lebih kinclong dari dugaan para pelaku pasar. Direktur Henan Putihrai Asset Management Felix Sindhunata mengatakan, sekitar 69% dari emiten yang mengisi indeks S&P 500 yang telah merilis laporan keuangan mencatatkan kinerja yang gemilang di 2012.Kinerja positif para emiten ini membuat pelaku pasar lebih optimistis bahwa ekonomi memangmulai pulih. Alhasil, mereka kembali berani mengambil risiko di pasar. “Saat ini kepercayaan pelaku pasar global sangat baik,” cetus Felix.Indeks VIX, yang mencerminkan tingkat kekhawatiran pasar terhadap volatilitas pergerakan indeks saham di AS, juga turun ke level 13,41, Rabu lalu. Bandingkan dengan posisi indeks ini di akhir tahun lalu yang sempat mencapai 22,72 (28/12).Keberhasilan pemerintah AS mencari solusi untuk masalah fiscal cliff juga mendukung kembalinya kepercayaan pelaku pasar. Tambah lagi, isu krisis utang di Eropa mereda setelah Presiden European Central Bank (ECB) mengeluarkan stimulus untuk menyelamatkan zona euro.Selain itu, data ekonomi berbagai negara sendiri terus menunjukkan perbaikan. Indeks bisnis sektor jasa di Amerika Serikat kini mulai stabil. Menurut data Institute for Supply Management, lembaga pembuat indeks bisnis di AS, indeks bisnis sektor jasa di Januari mencapai 55,2.Nilai ini memang turun sedikit ketimbang angka indeks bulan sebelumnya yang mencapai 55,7. Namun pelemahan ini sudah diperkirakan pengamat.Sementara purchasing manager index (PMI) di Eropa pada Januari lalu naik ke level tertinggi selama 10 bulan terakhir, yakni di 48,6. PMI merupakan salah satu indikator penting untuk melihat kesehatan ekonomi suatu negara atau kawasan berdasarkan lima data utama sektor manufaktur swasta di negara atau kawasan tersebut. Lima data yang dimaksud adalah permintaan baru, level stok, produksi, pengiriman produk, dan lingkungan kerja. Kenaikan indeks ini menunjukkan proses produksi perusahaan manufaktur di Benua Biru tersebut melonjak. Ini mengindikasikan perekonomian di Eropa juga bergerak naik.Membaiknya data-data ekonomi global ini ikut mendongkrak harga komoditas dunia. Harga platinum melesat ke level tertingginya dalam empat bulan terakhir Rabu lalu, yakni di level US$ 1.715,25 per ons. Sementara paladium menyentuh harga US$ 766,22 per ons Selasa lalu, mendekati harga tertingginya sejak September 2011. Saat ini, kenaikan harga platinum dan paladium sudah melampaui kenaikan harga emas.Analis memperkirakan harga kedua komoditas logam ini masih bakal naik. “Sangat jelas tahun ini permintaan akan melebihi penawaran. Saya rasa saat ini kita melihat terus terjadi pembelian,” kata Yuichi Ikemizu, Manajer Standard Bank Tokyo seperti dikutip Reuters.Harga minyak juga mulai ikut naik. Per pukul 20.26 WIB Kamis lalu, harga minyak mentah jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2013 mencapai US$ 96,79 per barel.Bandingkan dengan harga minyak ini di akhir 2012 lalu yang masih berada di level US$ 91,82 per barel. Bahkan, akhir tahun lalu, harga minyak WTI lebih banyak bergerak di kisaran US$ 80-US$ 90 per barel.Harga minyak jenis Brent malah mencetak rekor . Pada pukul 20.26 WIB Kamis lalu, harga minyak ini mencapai level US$ 117,37 per barel. Di akhir 2012 silam, harga minyak ini masih bertengger di US$ 111,11 per barel.Analis memperkirakan, harga minyak masih bisa terus merangkak naik. “Menurunnya pasokan OPEC dan proyeksi ekonomi global yang cerah memberi sinyal penurunan harga minyak tampaknya tidak mungkin terjadi,” kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch, seperti dikutip Reuters.Investor mulai akumulasiEkonomi China juga terus menunjukkan perbaikan. Para pengamat memperkirakan, ekspor China di Januari naik 17,3%. Ini adalah pertumbuhan ekspor tertinggi sejak Januari 2012 silam. Dengan kenaikan ekspor tersebut, analis memprediksikan, China bisa membukukan surplus neraca perdagangan sekitar US$ 25,3 miliar. Peme-rintah China mengumumkandata ekspor ini Jumat (8/2).Fokus pemerintah China di bidang ekonomi juga berubah. Dalam laporan kebijakan moneter kuartal empat yang dirilis Rabu lalu, bank sentral China menuturkan pihaknya kini akan lebih fokus mengontrol infl asi. Sebelumnya, fokus dari bank sentral adalah mendorong pertumbuhan ekonomi.Kenaikan ekspor yang tajam juga dialami oleh Korea Selatan. Negeri Ginseng ini mencatatkan pertumbuhan ekspor hingga 12% Januari lalu. Ini adalah kenaikan paling tajam dalam setahun terakhir. Padahal, di Desember lalu, ekspor Korsel justru merosot sekitar 5,7%.Pelaku pasar juga mulai optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang, setelah Shinzo Abe terpilih sebagai Perdana Menteri. Abe telah mencanangkan tiga langkah untuk memperbaiki perekonomian Jepang, yakni pembaruan stimulus fi skal, menekan bank sentral untuk menaikkan target inflasi, dan melakukan reformasi struktural. Tiga langkah tersebut ngetop disebut Abenomics.Melihat berbagai sentimen positif ini, para analis optimistis indeks saham di berbagai negara masih berpotensi untuk menguat. Andre Setiawan, analis Minna Padi Securities, menuturkan, indeks Nikkei 225 masih berada dalam tren bullish.Andre menuturkan, pertumbuhan ekonomi Jepang juga akan didukung oleh nilai tukar yen yang lemah. “Nilai tukar yen terhadap dollar AS yang terus melemah menjadi sentimen positif terhadap realisasi ekspor Jepang,” kata dia.Karena yakin indeks saham dalam tren bullish, sejumlah pelaku pasar kini mulai melakukan akumulasi saham. Senior Strategist di Toyo Securities, Hiroaki Hiwada, menuturkan, investor di bursa Jepang sudah mulai menambah posisi secara perlahan. “Investor mengambil untung di kenaikan indeks saat ini, tapi di saat yang sama sebagian dari mereka mulai membeli sedikit demi sedikit dengan harapan akan ada kenaikan dalam jangka panjang,” sebut dia seperti dikutip Reuters.Byron Wien, Vice Chairman Blackstone Advisory Partners, berpendapat, kinerja pasar saham di awal 2013 ini memang jauh lebih bagus ketimbang yang diperkirakan orang-orang. “Yang namanya pasar, kalau sudah bergerak bagus di Januari, biasanya bagus sepanjang tahun,” ujar Wien dalam wawancara di televisi CNBC.Kebijakan ekonomi dari bank sentral di negara utama dunia juga akan jadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan indeks tahun ini. “Pasar terutama akan mengamati kebijakan stimulus dari bank sentral,” sebut Fadil, analis dari Mahadana Asta Berjangka.The Federal Reserve tampaknya masih akan tetap mempertahankan kebijakan pembelian aset di pasar utang. Pasalnya, bank sentral Amerika Serikat ini menegaskan sejak awal program stimulus akan terus berjalan hingga angka pengangguran Amerika bisa ditekan menjadi 6,5%.Januari lalu, tingkat pengangguran di negeri patung Liberty tersebut masih berada di level 7,9%, naik tipis dari 7,8% di bulan sebelumnya. Sementara, angka non farm payroll atau penambahan lapangan kerja di luar sektor pertanian, menyusut dari 161.000 di Desember 2012 menjadi 155.000 di Januari 2013 lalu. “Jadi perdebatan soal perlu tidaknya The Fed mengakhiri program pembelian aset tahun ini otomatis mereda,” kata Adolf Sutrisno, analis AAA Securities.Kemudian, berjalannya program stimulus ini bakal positif bagi pasar saham, termasuk pasar saham Indonesia. “Banjir likuiditas di AS berpotensi diarahkan ke pasar-pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia,” imbuh Adolf.Jadi, bila indeks saham global masih berada dalam tren bullish, maka IHSG sendiri masih berpeluang terus mengalami penguatan. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Parningotan Julio menyebutkan, IHSG masih bisa naik dan menguji level 4.634 hingga Maret 2013. Masih berpotensi mengalami koreksiHanya saja, para analis tetap mewanti-wanti para investor agar tetap berhati-hati. Memang saat ini banyak sentimen positif yang bisa mendorong kenaikan indeks saham. Analis menilai sentimen positif ini memunculkan bullish mood.Tapi, di sisi lain, masih ada risiko yang bisa menyebabkan rally pada indeks tidak bertahan lama. Dus, bila tiba-tiba ada sentimen negatif yang signifikan, indeks saham bisa langsung berbalik arah.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para investor. Pertama, penyelesaian masalah debt ceiling di Amerika Serikat. Senin lalu, Presiden AS Barack Obama sudah menandatangani beleid yang diberi nama No Budget, No Pay Act of 2013. Dengan keluarnya aturan ini, pemerintah AS resmi menunda pembahasan soal batas utang hingga 18 Mei.Selain itu, beleid tersebut juga mewajibkan Kongres AS mengajukan usulan anggaran paling lambat 15 April 2013. Bila tidak, gaji anggota Kongres akan ditahan. Andre mengatakan, jika sampai April tidak terlihat tanda-tanda pemerintah AS bakal menghasilkan solusi, maka bursa saham AS bisa terkoreksi. Sentimen ini juga akan mempengaruhi indeks saham lain di dunia, termasuk IHSG.Selain itu, kegagalan pemerintah AS mencari solusi atas permasalahan debt ceiling ini bisa membuat peringkat utang negara adidaya ini merosot.Kedua, investor sebaiknya terus memantau penyelesaian krisis utang di Eropa. Felix menuturkan, aktivitas ekonomi di Eropa sewaktu-waktu masih bisa memburuk. “Pemicu paling signifi kan adalah situasi politik, sebab masalah anggaran di Eropa sangat erat dengan permainan politik,” tutur dia.Selain itu, Presiden ECB Mario Draghi mengungkapkan, ada risiko kestabilan harga di Eropa terganggu apresiasi nilai tukar mata uang euro belakangan ini. Pernyataan tersebut langsung membuat nilai tukar euro terhadap 13 mata uang utama dunia lain merosot.Ketiga, dari dalam negeri, investor sebaiknya memperhatikan tingkat infl asi. “Risiko infl asi masih menghantui pasar saham dalam negeri,” sebut Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK).Selain itu, para analis menilai peluang indeks saham mengalami koreksi saat ini terbuka cukup lebar. Pasalnya, beberapa indeks saham telah menembus rekor penutupan tertinggi berkali-kali, termasuk di antaranya IHSG. Meski begitu, bila tidak ada sentimen negatif yang signifi kan, koreksi yang terjadi masih terhitung koreksi wajar akibat aksi ambil untung para pelaku pasarJadi, terus pasang mata dan telinga biar tidak merugi.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 20 - XVII, 2012 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indeks global berseri, tapi risiko menanti
JAKARTA. Awal tahun 2013 ini tampaknya menjadi saat yang penuh sukacita bagi para pelaku pasar saham. Bagaimana tidak? Sejak awal tahun hingga sekarang, harga saham-saham terus melejit. Alhasi l , indeks saham juga terus-menerus memperbarui rekor penutupan tertinggi. Bukan cuma Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus-menerus mencetak rekor. Kebanyakan indeks saham besar di negara lain juga terus mencetak rekor penutupan tertinggi. Pada penutupan perdagangan dua pekan lalu (1/2), Dow Jones Industrial Average (DJIA) untuk pertama kalinya sejak resesi ekonomi di 2008 bisa kembali ditutup di atas level 14.000. Saat itu, DJIA berhasil mencapai posisi 14.009,8. Di saat yang sama, indeks S&P 500 juga memperbarui rekornya. Pada Jumat (1/2) tersebut, S&P 500 berhasil melejit ke posisi 1.513,17. Indeks saham di pasar saham Asia juga sama bergairahnya. Indeks Nikkei 225 mencetak rekor tertinggi pada Rabu lalu (6/2). Hari itu, indeks bursa saham Osaka, Jepang, ini berhasil ditutup di 11.463,75, yang merupakan level tertinggi indeks ini sejak September 2008.Indeks Shanghai Composite juga mencetak rekor harga tertinggi Rabu lalu. Indeks saham di Negeri Panda ini meroket hingga 2.434,48. Sama seperti IHSG, pendorong utama kenaikan indeks saham di bursa global antara lain karena sentimen positif dari kinerja emiten yang ternyata lebih kinclong dari dugaan para pelaku pasar. Direktur Henan Putihrai Asset Management Felix Sindhunata mengatakan, sekitar 69% dari emiten yang mengisi indeks S&P 500 yang telah merilis laporan keuangan mencatatkan kinerja yang gemilang di 2012.Kinerja positif para emiten ini membuat pelaku pasar lebih optimistis bahwa ekonomi memangmulai pulih. Alhasil, mereka kembali berani mengambil risiko di pasar. “Saat ini kepercayaan pelaku pasar global sangat baik,” cetus Felix.Indeks VIX, yang mencerminkan tingkat kekhawatiran pasar terhadap volatilitas pergerakan indeks saham di AS, juga turun ke level 13,41, Rabu lalu. Bandingkan dengan posisi indeks ini di akhir tahun lalu yang sempat mencapai 22,72 (28/12).Keberhasilan pemerintah AS mencari solusi untuk masalah fiscal cliff juga mendukung kembalinya kepercayaan pelaku pasar. Tambah lagi, isu krisis utang di Eropa mereda setelah Presiden European Central Bank (ECB) mengeluarkan stimulus untuk menyelamatkan zona euro.Selain itu, data ekonomi berbagai negara sendiri terus menunjukkan perbaikan. Indeks bisnis sektor jasa di Amerika Serikat kini mulai stabil. Menurut data Institute for Supply Management, lembaga pembuat indeks bisnis di AS, indeks bisnis sektor jasa di Januari mencapai 55,2.Nilai ini memang turun sedikit ketimbang angka indeks bulan sebelumnya yang mencapai 55,7. Namun pelemahan ini sudah diperkirakan pengamat.Sementara purchasing manager index (PMI) di Eropa pada Januari lalu naik ke level tertinggi selama 10 bulan terakhir, yakni di 48,6. PMI merupakan salah satu indikator penting untuk melihat kesehatan ekonomi suatu negara atau kawasan berdasarkan lima data utama sektor manufaktur swasta di negara atau kawasan tersebut. Lima data yang dimaksud adalah permintaan baru, level stok, produksi, pengiriman produk, dan lingkungan kerja. Kenaikan indeks ini menunjukkan proses produksi perusahaan manufaktur di Benua Biru tersebut melonjak. Ini mengindikasikan perekonomian di Eropa juga bergerak naik.Membaiknya data-data ekonomi global ini ikut mendongkrak harga komoditas dunia. Harga platinum melesat ke level tertingginya dalam empat bulan terakhir Rabu lalu, yakni di level US$ 1.715,25 per ons. Sementara paladium menyentuh harga US$ 766,22 per ons Selasa lalu, mendekati harga tertingginya sejak September 2011. Saat ini, kenaikan harga platinum dan paladium sudah melampaui kenaikan harga emas.Analis memperkirakan harga kedua komoditas logam ini masih bakal naik. “Sangat jelas tahun ini permintaan akan melebihi penawaran. Saya rasa saat ini kita melihat terus terjadi pembelian,” kata Yuichi Ikemizu, Manajer Standard Bank Tokyo seperti dikutip Reuters.Harga minyak juga mulai ikut naik. Per pukul 20.26 WIB Kamis lalu, harga minyak mentah jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2013 mencapai US$ 96,79 per barel.Bandingkan dengan harga minyak ini di akhir 2012 lalu yang masih berada di level US$ 91,82 per barel. Bahkan, akhir tahun lalu, harga minyak WTI lebih banyak bergerak di kisaran US$ 80-US$ 90 per barel.Harga minyak jenis Brent malah mencetak rekor . Pada pukul 20.26 WIB Kamis lalu, harga minyak ini mencapai level US$ 117,37 per barel. Di akhir 2012 silam, harga minyak ini masih bertengger di US$ 111,11 per barel.Analis memperkirakan, harga minyak masih bisa terus merangkak naik. “Menurunnya pasokan OPEC dan proyeksi ekonomi global yang cerah memberi sinyal penurunan harga minyak tampaknya tidak mungkin terjadi,” kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch, seperti dikutip Reuters.Investor mulai akumulasiEkonomi China juga terus menunjukkan perbaikan. Para pengamat memperkirakan, ekspor China di Januari naik 17,3%. Ini adalah pertumbuhan ekspor tertinggi sejak Januari 2012 silam. Dengan kenaikan ekspor tersebut, analis memprediksikan, China bisa membukukan surplus neraca perdagangan sekitar US$ 25,3 miliar. Peme-rintah China mengumumkandata ekspor ini Jumat (8/2).Fokus pemerintah China di bidang ekonomi juga berubah. Dalam laporan kebijakan moneter kuartal empat yang dirilis Rabu lalu, bank sentral China menuturkan pihaknya kini akan lebih fokus mengontrol infl asi. Sebelumnya, fokus dari bank sentral adalah mendorong pertumbuhan ekonomi.Kenaikan ekspor yang tajam juga dialami oleh Korea Selatan. Negeri Ginseng ini mencatatkan pertumbuhan ekspor hingga 12% Januari lalu. Ini adalah kenaikan paling tajam dalam setahun terakhir. Padahal, di Desember lalu, ekspor Korsel justru merosot sekitar 5,7%.Pelaku pasar juga mulai optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang, setelah Shinzo Abe terpilih sebagai Perdana Menteri. Abe telah mencanangkan tiga langkah untuk memperbaiki perekonomian Jepang, yakni pembaruan stimulus fi skal, menekan bank sentral untuk menaikkan target inflasi, dan melakukan reformasi struktural. Tiga langkah tersebut ngetop disebut Abenomics.Melihat berbagai sentimen positif ini, para analis optimistis indeks saham di berbagai negara masih berpotensi untuk menguat. Andre Setiawan, analis Minna Padi Securities, menuturkan, indeks Nikkei 225 masih berada dalam tren bullish.Andre menuturkan, pertumbuhan ekonomi Jepang juga akan didukung oleh nilai tukar yen yang lemah. “Nilai tukar yen terhadap dollar AS yang terus melemah menjadi sentimen positif terhadap realisasi ekspor Jepang,” kata dia.Karena yakin indeks saham dalam tren bullish, sejumlah pelaku pasar kini mulai melakukan akumulasi saham. Senior Strategist di Toyo Securities, Hiroaki Hiwada, menuturkan, investor di bursa Jepang sudah mulai menambah posisi secara perlahan. “Investor mengambil untung di kenaikan indeks saat ini, tapi di saat yang sama sebagian dari mereka mulai membeli sedikit demi sedikit dengan harapan akan ada kenaikan dalam jangka panjang,” sebut dia seperti dikutip Reuters.Byron Wien, Vice Chairman Blackstone Advisory Partners, berpendapat, kinerja pasar saham di awal 2013 ini memang jauh lebih bagus ketimbang yang diperkirakan orang-orang. “Yang namanya pasar, kalau sudah bergerak bagus di Januari, biasanya bagus sepanjang tahun,” ujar Wien dalam wawancara di televisi CNBC.Kebijakan ekonomi dari bank sentral di negara utama dunia juga akan jadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan indeks tahun ini. “Pasar terutama akan mengamati kebijakan stimulus dari bank sentral,” sebut Fadil, analis dari Mahadana Asta Berjangka.The Federal Reserve tampaknya masih akan tetap mempertahankan kebijakan pembelian aset di pasar utang. Pasalnya, bank sentral Amerika Serikat ini menegaskan sejak awal program stimulus akan terus berjalan hingga angka pengangguran Amerika bisa ditekan menjadi 6,5%.Januari lalu, tingkat pengangguran di negeri patung Liberty tersebut masih berada di level 7,9%, naik tipis dari 7,8% di bulan sebelumnya. Sementara, angka non farm payroll atau penambahan lapangan kerja di luar sektor pertanian, menyusut dari 161.000 di Desember 2012 menjadi 155.000 di Januari 2013 lalu. “Jadi perdebatan soal perlu tidaknya The Fed mengakhiri program pembelian aset tahun ini otomatis mereda,” kata Adolf Sutrisno, analis AAA Securities.Kemudian, berjalannya program stimulus ini bakal positif bagi pasar saham, termasuk pasar saham Indonesia. “Banjir likuiditas di AS berpotensi diarahkan ke pasar-pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia,” imbuh Adolf.Jadi, bila indeks saham global masih berada dalam tren bullish, maka IHSG sendiri masih berpeluang terus mengalami penguatan. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Parningotan Julio menyebutkan, IHSG masih bisa naik dan menguji level 4.634 hingga Maret 2013. Masih berpotensi mengalami koreksiHanya saja, para analis tetap mewanti-wanti para investor agar tetap berhati-hati. Memang saat ini banyak sentimen positif yang bisa mendorong kenaikan indeks saham. Analis menilai sentimen positif ini memunculkan bullish mood.Tapi, di sisi lain, masih ada risiko yang bisa menyebabkan rally pada indeks tidak bertahan lama. Dus, bila tiba-tiba ada sentimen negatif yang signifikan, indeks saham bisa langsung berbalik arah.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para investor. Pertama, penyelesaian masalah debt ceiling di Amerika Serikat. Senin lalu, Presiden AS Barack Obama sudah menandatangani beleid yang diberi nama No Budget, No Pay Act of 2013. Dengan keluarnya aturan ini, pemerintah AS resmi menunda pembahasan soal batas utang hingga 18 Mei.Selain itu, beleid tersebut juga mewajibkan Kongres AS mengajukan usulan anggaran paling lambat 15 April 2013. Bila tidak, gaji anggota Kongres akan ditahan. Andre mengatakan, jika sampai April tidak terlihat tanda-tanda pemerintah AS bakal menghasilkan solusi, maka bursa saham AS bisa terkoreksi. Sentimen ini juga akan mempengaruhi indeks saham lain di dunia, termasuk IHSG.Selain itu, kegagalan pemerintah AS mencari solusi atas permasalahan debt ceiling ini bisa membuat peringkat utang negara adidaya ini merosot.Kedua, investor sebaiknya terus memantau penyelesaian krisis utang di Eropa. Felix menuturkan, aktivitas ekonomi di Eropa sewaktu-waktu masih bisa memburuk. “Pemicu paling signifi kan adalah situasi politik, sebab masalah anggaran di Eropa sangat erat dengan permainan politik,” tutur dia.Selain itu, Presiden ECB Mario Draghi mengungkapkan, ada risiko kestabilan harga di Eropa terganggu apresiasi nilai tukar mata uang euro belakangan ini. Pernyataan tersebut langsung membuat nilai tukar euro terhadap 13 mata uang utama dunia lain merosot.Ketiga, dari dalam negeri, investor sebaiknya memperhatikan tingkat infl asi. “Risiko infl asi masih menghantui pasar saham dalam negeri,” sebut Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK).Selain itu, para analis menilai peluang indeks saham mengalami koreksi saat ini terbuka cukup lebar. Pasalnya, beberapa indeks saham telah menembus rekor penutupan tertinggi berkali-kali, termasuk di antaranya IHSG. Meski begitu, bila tidak ada sentimen negatif yang signifi kan, koreksi yang terjadi masih terhitung koreksi wajar akibat aksi ambil untung para pelaku pasarJadi, terus pasang mata dan telinga biar tidak merugi.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 20 - XVII, 2012 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News