Indeks Harga Nikel Indonesia Ditargetkan Terbentuk Akhir 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak lama lagi, Indonesia boleh jadi bakal punya indeks harga nikel sendiri. Saat ini, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) dan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenkomarves), sedang bahu-membahu melakukan persiapan untuk mewujudkan ambisi tersebut.

Sekretaris Jenderal APNI Meidy K. Lengkey mengatakan, para pemangku kepentingan industri nikel di dalam negeri berencana bertemu dengan sejumlah pihak penyedia indeks harga seperti Argus Media dan London Metal Exchange (LME).

“Mereka (LME, Argus Media, dll) sudah expert untuk bikin pricing untuk komoditas,” kata Meidy di Jakarta, Senin (10/7).


Baca Juga: Ekonomi Dibayangi Harga Komoditas & Laju Rupiah

Wacana untuk membentuk Indeks Nikel Indonesia sudah bergulir dalam beberapa tahun terakhir. Tujuannya ialah agar terbentuk indeks harga yang lebih mencerminkan harga nikel dalam negeri. Sebab, saat ini harga patokan mineral (HPM) masih berkiblat pada harga dari London Metal exchange (LME).

Ide untuk membentuk indeks nikel Indonesia digagas oleh APNI. Menurut Meidy, rencana ini sudah mendapat lampu hijau dari pemerintah. 

“Sekarang lagi sama pemerintah, sudah progres, lagi on progres. Nanti mungkin bulan Agustus dan September smelter-smelter akan diundang oleh Pak Luhut,” ujar Meidy.

Niatan APNI dan pemerintah untuk membentuk indeks nikel sendiri dikonfirmasi oleh Juru Bicara Menko Maritim dan Investasi Jodi Mahardi. Menurut rencana, indeks tersebut akan dinamai Indonesia Nickel Price Index.

“Indonesia sedang merencanakan pembentukan Indonesia Nickel Price Index yang ditargetkan bisa terbentuk pada akhir tahun ini,” ungkap Jodi saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (11/7).

Jodi berujar, konsep pembentukan  Indonesia Nickel Price Index sejalan dengan konsep yang sudah ada pada Harga Batubara Acuan (HBA).  Keberadaan Indonesia Nickel Price Index, menurut Jodi, bisa membawa sejumlah manfaat. 

Salah satunya, memberi kepastian harga bagi para pelaku usah apertambangan dan pemilik smelter serta melindungi mereka dari fluktuasi harga di pasar LME.

“Dengan memiliki indeks harga nikel sendiri, kita bisa lebih baik memantau kondisi pasar dan menyesuaikan kebijakan yang dibutuhkan,” tutur Jodi.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan, sudah sepatutnya Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel jumbo memiliki indeks nikel. Menurutnya, indeks tersebut perlu diupayakan agar bisa digunakan sebagai dasar acuan penjualan nikel dunia. 

“Keuntungannya yang pertama pengakuan Indonesia sebagai produsen terbesar nikel dunia. Kedua, kita bisa mengontrol harga nikel dunia. Ketiga, penambang, trader dan pemerintah memiliki standar harga sebagai patokan yang tidak tergantung kepada institusi dari negara lain,” kata Rizal kepada Kontan.co.id Selasa (11/7).

Wacana pembentukan indeks harga nikel Indonesia bersambut positif di kalangan perusahaan-perusahaan nikel, salah satunya PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).

"Kami mendukung rencana pemerintah untuk membentuk index nikel yang kelak bisa menjadi acuan Harga Nikel yang diproduksi dan dijual Indonesia,” Corporate Affairs Manager NCKL, Anie Rahmi kepada Kontan.co.id Selasa (11/7).

Baca Juga: Pemerintah Tunda Pengenaan Pajak Ferronikel dan Pig Iron, Luhut Beberkan Alasannya

Direktur PT Central Omega Resources Tbk (DKFT), Andi Jaya, mengatakan bahwa pembentukan indeks nikel  Indonesia bakal membuat tata niaga nikel yang lebih sesuai dengan kondisi di dalam negeri.

Selain itu, langkah ini menurutnya juga bisa membantu para pemangku kepentingan industri nikel dalam membuat keputusan yang lebih baik.

“Dengan adanya Indeks Nikel Indonesia dapat memberikan informasi yang lebih terperinci dan transparan mengenai harga dan aktivitas perdagangan nikel di pasar domestik, sehingga para para pelaku industri, investor, dan pemangku kepentingan lainnya dapat memperoleh pandangan yang lebih jelas tentang tren pasar dan membuat keputusan yang baik,” terang Andi.

Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto, mengatakan bahwa pembentukan indeks nikel Indonesia bisa memberi posisi tawar yang besar bagi Indonesia di industri nikel.

“Sebagai pemilik largest nickel ore deposit, sudah layak Indonesia memiliki bargaining dalam menentukan pricing,” kata Irmanto kepada Kontan.co.id.

Kendati demikian, ia mengaku belum bisa mengukur seperti apa dampak pembentukan indeks tersebut bagi pelaku usaha.

“Sebenarnya buat pelaku usaha, kita perlu index yang functioning, sehingga memberikan degree of certainty untuk revenue kita. Saya belum bisa berkomentar apakah (indeks nikel Indonesia) lebih baik bagi pelaku usaha (dibanding LME) sebelum tahu bagaimana index dibentuk,” kata Irmanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi