KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2021 berjalan sampai dengan Rabu (2/6), indeks IDX BUMN20 tercatat merosot 7,55%. Performa indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham BUMN, BUMD, dan afiliasinya ini berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) yang naik 0,88%. Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menilai, penurunan yang terjadi pada indeks IDX BUMN20 disebabkan oleh banyaknya saham berkapitalisasi pasar besar yang tertekan. Beberapa saham
big caps tersebut merupakan anggota indeks IDX BUMN20. Selain itu, saham-saham penggerak IHSG sepanjang tahun ini banyak yang tidak termasuk anggota indeks BUMN tersebut. "Saham-saham
movers IHSG banyak berasal dari sektor telekomunikasi, teknologi, dan bank digital, tidak ada di BUMN. Itu yang jadi pembedanya," kata Zamzami saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (2/5).
Sementara itu, Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo melihat, indeks IDX BUMN20 turun cukup dalam karena terseret penurunan harga saham-saham emiten konstruksi. Sebagaimana diketahui, sepanjang tahun ini, saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (
WSKT) turun lebih dari 20%, sementara PT PP Tbk (
PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (
WIKA), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (
WSBP) merosot lebih dari 30%.
Baca Juga: Erick Thohir Revisi Peraturan Menteri, BUMN Sudah bisa Jual Aset ke SWF INA Menurut Wisnu, penurunan saham ini dipicu oleh kinerja 2020 yang kurang bagus dan porsi utang yang cukup besar. Pada tahun lalu, Waskita Karya membukukan rugi bersih hingga Rp 7,38 triliun. "Ada kekhawatiran terhadap kinerja dan utang emiten konstruksi sehingga investor memilih lepas sahamnya," tutur Wisnu. Selain sektor konstruksi, emiten-emiten semen dan farmasi juga menunjukkan performa yang kurang ciamik pada 2021. Sebut saja PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (
SMBR) yang turun 30,99% secara
year to date (ytd), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (
SMGR) minus 16,10%, dan PT Kimia Farma Tbk (
KAEF) turun 38,82%. Faktor risiko pasar juga punya pengaruh dalam penurunan indeks IDX BUMN20 ini. "Kita bahwa kondisi IHSG masih belum kondusif dari kuartal I-2021 sampai pertengahan Mei. IHSG baru memperlihatkan sinyal
rebound setelah menyentuh level 5.700," kata Wisnu. Meskipun begitu, Zamzami menilai, saham-saham
big caps BUMN masih memiliki prospek yang positif. Mengingat, dalam satu tahun ke belakang, performa indeks IDX BUMN20 masih tercatat meningkat 37%, melebihi IHSG yang hanya naik 24%. "Secara umum, saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar sudah mulai
perform, arus dana juga sudah mulai masuk, dan potensi
upside masih banyak," ucap Zamzami.
Baca Juga: Indeks IDX BUMN20 tertekan, saham ini dinilai berprospek cerah Menurut dia, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (
BBTN), dan
SMGR merupakan saham yang menarik untuk dicermati. Pasalnya, harga empat saham tersebut sudah turun banyak dan rata-rata
price earning ratio (PER) ataupun
price to book value (PBV) saat ini sudah di bawah rata-rata PER atau PBV lima tahun terakhir. Berdasarkan target harga konsensus untuk jangka waktu 12 bulan, target harga BMRI adalah sebesar Rp 8.000 per saham, BBNI Rp 7.375, BBTN Rp 2.170, dan SMGR Rp 13.800 per saham. Pada perdagangan Rabu (2/6), harga saham BMRI naik 1,67% menjadi Rp 6.100 per saham, BBNI +2,78% ke Rp 5.550, BBTN +0,31% menjadi Rp 1.640, dan SMGR +7,47% menjadi Rp 10.425 per saham.
Baca Juga: Saham BUMN Melemah Lebih Dalam Ketimbang IHSG, Nasibnya Ditentukan Pemulihan Ekonomi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati