Indeks industri dasar dan kimia menguat 5,71% ytd, ini kata analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat indeks sektor industri dasar dan kimia tumbuh 5,71% year to date (ytd). Kenaikan ini lebih tinggi dari penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 3,62% ytd.

Dalam sebulan terakhir indeks sektor industri dasar dan kimia naik 2,39%. Saham-saham yang mendorong penguatan indeks ini sepanjang Maret 2021 meliputi PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), PT Citra Turbindo Tbk (CTBN), PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP), PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK).

Selanjutnya, ada juga saham PT Intanwijaya Internasional Tbk (INCI), PT Suparma Tbk (SPMA), PT Sierad Produce Tbk (SIPD), PT Chandra Asri Petrochemical tbk (TPIA), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).


Baca Juga: IHSG diproyeksikan menguat pada perdagangan Senin (29/3)

Analis Phillip Sekuritas Indonesia Michael Filbery mengamati, menguatnya saham-saham yang terdaftar dalam indeks ini lebih ke arah pola switching dari saham-saham yang lebih agresif seperti dari sektor perbankan.

“Setelah IHSG cenderung terkoreksi dalam satu bulan terakhir, ada kecenderungan investor beralih ke saham-saham sektor industri dasar dan kimia,” ungkapnya, Jumat (26/3).

Seperti diketahui, sebelumnya saham-saham sektor industri dasar dan kimia ini sempat terkoreksi cukup besar, setelah investor mencermati kinerja emiten yang rata-rata mengalami penurunan pada 2020.

Sebagai contoh JPFA yang mengantongi pendapatan sebesar Rp 36,96 triliun atau menyusut 4,91% dari tahun sebelumnya Rp 38,87 triliun. Selain itu, ESSA mencatatkan pendapatan bersih senilai US$ 175,51 juta pada 2020, turun 20,9% dari realisasi pendapatan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 221,91 juta. Michael bilang, investor melihat potensi saham-saham sektor ini karena sudah cukup terkoreksi.

Baca Juga: IHSG diprediksi menguat terbatas pekan depan, berikut sentimen yang perlu dicermati

Dari jajaran saham tersebut, Michael menjagokan saham JPFA lantaran emiten ini memiliki lini bisnis yang terintegrasi. Kemudian, JPFA juga sedang berekspansi ke produk consumer goods melalui akuisisi So good Food (SGF). Sehingga, hal ini membuka prospek pertumbuhan penjualan segmen consumer goods yang semakin besar, serta dapat mengurangi eksposur volatilitas harga broiler dan DOC terhadap kinerja penjualan JPFA.

Sekarang ini saham JPFA diperdagangkan dengan PER di 24,37 kali dan PBV 2,09 kali. Michael memberikan rekomendasi hold untuk saham JPFA dengan target harga Rp 2.000. Adapun pada penutupan perdagangan Jumat (26/3) saham JPFA menguat 1,60% ke harga Rp 1.905 per saham.

Selanjutnya: Kapitalisasi pasar BEI turun Rp 167 triliun dalam sepekan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi