Indeks Kepercayaan Konsumen AS Anjlok Melebihi Perkiraan Ekonom



WASHINGTON. Kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS) di Juni 2010 anjlok melebihi perkiraan para ekonom. Salah satu faktor pendorong anjloknya indeks kepercayaan konsumen adalah prospek ekonomi AS yang diperkirakan melemah akibat kasus tumpahan minyak di Teluk Meksiko.

The Conference Board, lembaga survei independen AS, Rabu (30/6) melaporkan, indeks kepercayaan konsumen di Juni ada di level 52,9. Angka ini turun banyak dari indeks di bulan April yang nongkrong di level 62,7. Indeks kepercayaan di April adalah yang tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Padahal nilai tengah estimasi 71 ekonom yang disurvei Bloomberg menunjukkan indeks kepercayaan konsumen di Juni hanya akan melemah ke level 62,5. Adapun rentang prediksi 71 ekonom tersebut ada di kisaran 59,5 sampai 65.


Bursa saham di AS langsung anjlok pasca keluarnya data tersebut. Apalagi, data pengangguran AS dan volatilitas di pasar saham AS juga masih tinggi. Belum lagi data ekonomi China yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Ditambah lagi dengan krisis utang Eropa yang belum selesai.

Kondisi ini membuat pelaku pasar semakin khawatir bahwa pemulihan ekonomi global kian melambat, dan risiko penurunan daya beli rumah tangga pun meningkat.

"Kami membutuhkan data penyerapan tenaga kerja yang konsisten, bukan sekadar kenaikan satu atau dua bulan saja. Selama itu belum terlihat, saya rasa indeks kepercayaan konsumen tidak akan positif," kata Richard DeKaser, Kepala Ekonom Woodley Park Research.

Penurunan indeks kepercayaan konsumen terbesar terjadi di Louisiana, Mississippi, Alabama, dan Florida. Semua wilayah tersebut dekat dengan Teluk Meksiko, yang tengah menghadapi bencana tumpahan minyak mentah.

Harga rumah naik

Penurunan daya beli konsumen terbesar terjadi untuk pembelian otomotif, perlengkapan rumah tangga, rumah, dan paket liburan. Sedangkan dari sisi umur, penurunan indeks terbesar terjadi di kelompok usia 35 tahun dengan pendapatan US$ 15.000- US$ 24.999 per tahun.

Data terpisah menunjukkan, harga rumah di 20 kota besar AS pada April 2010 meningkat. Indeks properti dari S&P/Case-Shiller meningkat 3,8% dari periode sama 2009. Ini kenaikan terbesar sejak September 2006.

Tapi menurut para ekonom , indeks ini tdak bisa menjadi patokan karena baru mencakup data April. "Pencabutan insentif pajak perumahan oleh pemerintah bakal membuat harga rumah kembali melemah," kata John Herrmann, Analis State Street Global Markets.

Sekadar informasi, Pemerintah AS sudah menarik stimulus pajak perumahan akhir April lalu. Dan sejak insentif pajak properti dicabut, penjualan rumah menurun.

David Blitzer, pimpinan komite S&P, menambahkan, sejauh ini tren positif data perumahan belum stabil. "Data persediaan rumah dan aktivitas di pasar properti belum menunjukkan pemulihan yang meyakinkan," ujar Blitzer

Editor: Test Test