Indeks Kepercayaan Konsumen Inggris Masih Rendah



LONDON. Bulan Februari lalu, indeks kepercayaan konsumen masih berkubang di level yang paling rendah, setidaknya sejak empat tahun terakhir ini. Penyebabnya, semakin banyak pekerja yang dirumahkan akibat resesi. Hal ini dibeberkan oleh Nationwide Building Society. Indeks sentimen hanya naik tipis dari 41 dari bulan Januari menjadi 43 di bulan Februari. Ini merupakan data yang paling buruk sejak survei dilakukan pada tahun 2004. Survei ini melibatkan 1.000 orang dari 15-19 Februari lalu. Bank of England kemungkinan akan kembali memangkas suku bunga acuannya besok ke level 0,5% dan mulai untuk mencetak uang untuk membuat kredit kembali mengalir. Perdana Menteri Inggris Gordon Brown juga memberikan garansi utang pada perbankan dan mendorong mereka untuk menyediakan likuditas untuk membantu menyurung perekonomian. "Pandangan konsumen mengenai perekonomian terakhir dan bursa tenaga kerja sejalan dengan iklim resesi di Inggris," kata Fionnuala Earley, Chief Economist dari Nationwide. Indeks yang mengukur kebiasan belanja kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan utama lainnya naik 7 poin menjadi 92, sementara indeks harapan akan masa depan, juga menanjak 5 poin menjadi 57. Jumlah pekerja yang memiliki pekerjaan tetap semakin menyusut. Hal ini ditegaskan oleh Recruitment and Employment Confederation dan KPMG. Indeks untuk pekerja dengan pekerjaan tetap turun dari 32,5 di bulan Januari menjadi 30 di bulan Februari. Meggitt Plc, produsen monitor mesin asal Inggris yang menyuplai Airbus SAS dan Boeing Co. berencana untuk memangkas pekerjanya sebanyak 750 orang untuk menghemat sebanyak 50 juta pounds atau setara dengan US$ 70 juta. Perekonomian Inggris kemungkinan akan menyusut sebesar 1,5% di kuartal keempat, paling besar sejak 1980 seiring dengan konsumen yang menahan pembelanjaannya. Pemerintah Brown telah meminta bank pelat merah Northern Rock Plc, untuk memperbesar pinjamannya untuk mendorong perekonomian. Para menteri juga sepaka untuk menggaransi 325 miliar pounds untuk investasi Royal Bank of Scotland Group Plc.


Editor: