Indeks manufaktur China menekan harga minyak dunia



SINGAPURA. Harga minyak dunia diperdagangkan jatuh dari level penutupan tertinggi dalam sepekan terakhir. Data Bloomberg menunjukkan, harga kontrak minyak untuk pengantaran November turun sebesar 89 sen menjadi US$ 91,30 per barel di New York Mercantile Exchange. Pada pukul 11.09 waktu Singapura, kontrak yang sama berada di posisi US$ 91,32 sebarel. Sekadar informasi, pada 28 September lalu, harga minyak menanjak 0,4% menjadi US$ 92,19 per barel, yang merupakan level penutupan tertinggi sejak 21 September 2012. Jika dihitung di sepanjang kuartal III, harga minyak sudah melaju 8,5%, Penurunan harga minyak pada hari ini terjadi setelah data menunjukkan indeks manufaktur China secara tidak terduga mencatatkan kontraksi. Hal ini memicu spekulasi bahwa permintaan minyak akan menurun di negara dengan tingkat konsumen minyak terbesar kedua dunia itu. Asal tahu saja, data pemerintah China menunjukkan, China's Purchasing Managers' Index berada di level 49,8 pada bulan September. Sebagai perbandingan, nilai tengah ekonom yang disurvei Bloomberg menunjukkan angka 50,1. Hal itu sama dengan hasil survei yang dilakukan pihak swasta memperlihatkan, indeks manufaktur China mencatatkan kontraksi selama 11 bulan berturut-turut. Data yang dirilis HSBC Holdings Plc dan Markit Economics menunjukkan, indeks manufaktur China berada pada level 47,9 pada September dari sebelumnya 47,6 pada Agustus. "Indeks manufaktur China menunjukkan angka negatif. Penurunan indeks manufaktur terjadi selama 11 bulan berturut-turut dan mulai berdampak bearish pada harga minyak," ujar Ken Hasegawa, sales manager Newedge Group di Tokyo. Sementara itu, harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengantaran November turun 77 sen menjadi US$ 111,62 per barel di ICE Futures Europe exchange di Londin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie