Indeks Melorot, NAB Reksadana Ikut Merosot



JAKARTA. Longsornya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menggerus nilai aktiva bersih (NAB) industri reksadana, khususnya produk reksadana saham. Maklum, nilai investasi investor jadi tergerus.

Sebagai contoh Mega Capital Indonesia. "Saat ini total dana kelolaan kami sekitar Rp 600 miliar," tutur Sugeng Sugiharto, Head of Asset Management Mega Capital Indonesia, kemarin. Padahal awal 2008, total NAB Mega Capital mencapai lebih dari Rp 1 triliun.

Contoh lain reksadana Schroder Dana Prestasi Plus. Berdasarkan data Infovesta Utama, per 15 Oktober 2008, NAB Schroder Dana Prestasi Plus masih Rp 6,15 triliun. Tapi di akhir Oktober 2008, NAB reksadana saham racikan Schroder Investment Management Indonesia ini menciut 18,37% menjadi Rp 5,02 triliun. Dalam waktu yang sama, IHSG turun sekitar 17,34%. "Investor yang tidak mengerti mungkin bisa langsung panik," terang Rudiyanto, Analis Senior Infovesta Utama.


Sayang, hingga berita ini turun, Direktur Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi belum memberikan penjelasan. Dia masih belum menjawab telepon dan pesan singkat dari KONTAN.

Berdasarkan data per 8 November 2008, Schroder Dana Prestasi Plus mencatat rugi riil satu tahun terakhir sebesar 45,45%. Itu masih termasuk lumayan. Sebab, rugi riil satu tahun terakhir rata-rata reksadana saham mencapai 50%. Misalnya Mega Dana Saham yang rugi riil satu tahun terakhir mencapai 65,42%, sementara Si Dana Saham Optimal mencapai 61,72%.

Investor malah masuk

Sebenarnya, keseluruhan kinerja reksadana saham tidak buruk-buruk amat. Walau dana kelolaan turun, kinerja reksadana saham masih lebih baik dibanding acuannya, yaitu IHSG. Berdasarkan data Infovesta, per 29 September-24 Oktober 2008, IHSG anjlok 32,04%. Sementara rata-rata NAB reksadana saham cuma turun 26,40%.

Selain itu, unit penyertaan reksadana justru bertambah, karena investor memanfaatkan pelemahan IHSG untuk masuk ke pasar. "Januari-Oktober unit penyertaan reksadana naik 11%," beber Parto Kawito, Direktur Indopremier Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie