Indeks merosot, investor belanja reksadana



JAKARTA. Investor reksadana di Tanah Air boleh jadi semakin matang. Kesimpulan ini mengacu ke data unit penyertaan reksadana selama pasar keuangan bergejolak.

Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) termutakhir, selama September 2011, jumlah unit penyertaan reksadana meningkat 428,93 juta unit, menjadi 87,27 miliar unit.

Memang, kenaikan unit penyertaan reksadana bulan lalu masih lebih tinggi pertumbuhan Agustus. Selama Agustus penambahan unit penyertaan mencapai 2,04 miliar unit. Namun, sepanjang tahun ini tren kenaikan unit penyertaan terbilang stabil. Jika dihitung sejak awal tahun, unit penyertaan reksadana sudah mengalami pertumbuhan 4,74%.


Presiden Direktur Samuel Asset Manajemen Agus B. Yanuar menilai, investor reksadana saat ini lebih pintar mengelola portofolionya. "Jadi ketika pasar jatuh, investor bukannya langsung keluar. Namun, mereka justru berbelanja atau menambah unit penyertaan," ujar dia, kemarin.

Edbert Suryajaya, analis Infovesta Utama, berpendapat senada. "Penurunan indeks dimanfaatkan investor untuk melakukan top-up ataupun membeli unit baru," kata dia.

NAB stagnan

Manajer investasi yang menikmati kenaikan unit penyertaan seperti Schroder Investment Management. Michael Tjandra Tjoajadi, Direktur Utama Schroder menuturkan, peningkatan unit penyertaan di bulan lalu terbilang signifikan, dari 15,94 miliar unit per akhir Agustus menjadi 16,49 miliar unit per akhir September. "Penambahan unit penyertaan terbanyak di produk reksadana saham," jelasnya.

Schroder mencatat, nilai dana yang masuk ke reksadana saham mencapai Rp 2 triliun, September kemarin. Arus redemption reksadana selama Agustus pun tertutupi dengan banyaknya pembelian unit penyertaan dari investor.

Namun, kenaikan unit penyertaan sepanjang September belum mampu mengerek dana kelolaan atau nilai aktiva bersih (NAB) reksadana. Dalam catatan Bapepam-LK mencatat, per akhir September 2011, NAB reksadana secara keseluruhan mencapai Rp 154, 52 triliun.

Angka ini masih di bawah capaian NAB tertinggi tahun ini pada Juli lalu yaitu sebesar Rp 157,69 triliun. Stagnannya NAB reksadana ini akibat penurunan nilai aset dasar alias underlying asset reksadana.

Reksadana saham masih mendominasi total NAB industri, dengan nilai Rp 55,46 triliun. Berikutnya, reksadana terproteksi yang memiliki NAB Rp 41,36 triliun. Sedangkan reksadana pendapatan tetap mencapai Rp 25,84 triliun. Reksadana campuran dan pasar uang masing-masing mencapai Rp 19,59 triliun dan Rp 8,01 triliun.

Schroder mengalami hal serupa. Kendati unit penyertaan mereka melesat, NAB selama September tertekan menjadi Rp 40,56 triliun. Agustus lalu, NAB Schroder masih Rp 41,53 triliun.

NAB Mandiri Manajemen Investasi juga sempat turun di bawah Rp 20 triliun. Namun, ini hanya sementara. "Pada 11 Oktober, NAB Mandiri sudah meningkat lagi menjadi Rp 20,1 triliun," ujar Andreas M. Gunawidjaja, Direktur Mandiri Manajemen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie