KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada bulan Februari 2020 mengalami kontraksi 0,8% secara tahunan atau
year on year (yoy). Adapun perkiraan bank sentral, penjualan eceran bakal lanjut menurun lebih dalam pada Maret 2020, yang tercermin dari IPR Maret 2020 sebesar -5,4% (yoy). BI mengatakan, merosotnya prakiraan indeks penjualan riil pada Maret 2020 khususnya pada subsektor komoditas sandang disebabkan oleh penurunan permintaan di tengah kurang lancarnya pasokan akibat mewabahnya virus Corona (Covid-19). Analis Ciptadana Sekuritas Asia Robert Sebastian memperkirakan, wabah Covid-19 masih akan bertahan di Indonesia setidaknya hingga semester I-2020, yang artinya momentum Idul Fitri (Lebaran) tidak dapat dimanfaatkan oleh peritel untuk meraup keuntungan.
Baca Juga: Penjualan gadget berpotensi turun, analis revisi rekomendasi saham Erajaya (ERAA) Robert mengatakan, dalam kondisi pandemi saat ini masyarakat akan memprioritaskan pengeluaran mereka untuk kebutuhan konsumsi dasar
(staples good) ketimbang produk seperti pakaian,
gadget, hingga produk rumah tangga. Beberapa emiten pengecer pun telah menyiapkan strategi guna menghadapi wabah ini. PT Matahari Department Store Tbk (
LPPF) misalnya, memilih untuk menutup gerai konvensionalnya secara serentak dari Senin (30/3) hingga Senin (13/3) atau lebih. Namun, emiten Grup Lippo ini tetap mengoperasikan anak usahanya di bidang e-commerce yakni Matahari.com. “Karena Labaran adalah salah satu musim terkuat untuk LPPF selain Natal, maka dampaknya terhadap penjualan akan terasa signifikan,” terang Robert.
Baca Juga: Indeks penjualan riil diproyeksikan turun, efek corona mulai terasa? Namun, menurut hemat Robert, LPPF dapat meningkatkan kinerja penjualan online nya lewat Matahari.com seiring sikap masyarakat yang memilih untuk berdiam di rumah. Hal yang sama juga bakal dialami oleh pesaing LPPF, yakni PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (
RALS). Robert memperkirakan, RALS bakal kehilangan momentum Lebaran sehubungan keengganan masyarakat untuk keluar rumah karena penyebaran Covid-19. Namun, Robert menilai RALS dapat tertolong dari segmen supermarket. Sebab, RALS masih mendistribusikan masker dan pembersih tangan (hand sanitizer) dengan harga normal seiring permintaan untuk masker dan pembersih tangan yang terus meningkat. “Kami melihat ini dapat membantu segmen supermarket mereka untuk meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan,” sambung dia.
Baca Juga: Ini perubahan perilaku konsumen Indonesia saat pandemi corona Emiten penyedia perkakas rumah tangga, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (
ACES) tidak jauh berbeda. Sebab, beberapa pusat perbelanjaan tempat gerai ACES berada seperti Grand Indonesia, Pacific Place, hingga Kuningan City, ditinggalkan pengunjung seiring imbauan untuk tetap di rumah. Lebih lanjut, Robert percaya Covid-19 juga bakal mengganggu ekspansi emiten konstituen Indeks
Kompas100 ini. ACES menargetkan dapat membuka sekitar 15-20 gerai baru. Karena Covid-19, Robert memproyeksikan beberapa ekspansi akan ditunda dan diharapkan akan berlanjut pada tahun berikutnya. Namun, ACES memiliki peluang untuk meraup cuan dari penjualan masker. ACES menjual masker kesehatan sekali pakai dengan harga normal Rp 7.900, terdiri dari 4 pcs/pack, dimana setiap orang hanya dapat membeli 1 pack, sementara pemegang kartu member ACES dapat keistimewaan membeli 2 pack.
Baca Juga: Cegah virus corona menyebar, minimarket di Bekasi harus tutup jam 8 malam Selain pendapatan potensial dari masker, hal ini dapat membantu ACES untuk meningkatkan jumlah anggota (member) karena masker adalah salah satu hal yang paling dicari selama Covid-19. Robert merekomendasikan
hold saham
LPPF dan
ACES dengan target harga masing-masing Rp 1.340 dan Rp 1.170 per saham. Sedangkan untuk saham
RALS, dia masih merekomendasikan
buy dengan target harga Rp 520 karena valuasinya yang bersifat
undemanding. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati