Indeks properti turun paling dalam pada 2020, simak prospeknya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, indeks saham sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan mencatatkan penurunan terdalam, yakni 19,69% year to date. Dari 97 saham yang menjadi anggota sektor ini, sebanyak 58 saham turun, 24 naik, dan 15 stagnan.

Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian mengatakan, secara fundamental, saham sektor properti masih dalam keadaan baik. Sayangnya, sentimen negatif dari bursa global maupun regional lebih kuat untuk menekan kinerja saham-saham di dalamnya.

Meksipun begitu, Joey melihat, saham-saham properti berpeluang naik kembali ke depannya sejalan dengan membaiknya penjualan properti. "Kenaikan sebenarnya sudah expected karena marketing sales dari emiten properti sebenarnya sudah pulih dari bottom yang terjadi pada Maret 2020," ungkap Joey saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/12).


Menurut dia, rendahnya suku bunga acuan Bank Indonesia, yakni 3,75% akan memberikan kesempatan bagi penjualan properti untuk naik lagi.  "Perbaikan consumer confidence index juga diharapkan membuat permintaan properti membaik untuk end-user dan juga investor," ucap dia.

Baca Juga: Harga meroket, begini prospek industri batubara pada 2021

Secara valuasi, Joey menilai, masih banyak saham-saham dari sektor ini yang terbilang murah. Sebagai contoh PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang saat ini memiliki price book value ratio (PBVR) di kisaran 1,0 kali.

Joey merekomendasikan investor untuk buy BSDE dengan target harga Rp 1.200 per saham, CTRA Rp 1.200, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Rp 650, dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Rp 900 per saham. Harga BSDE saat ini sudah melampaui target harganya, yakni Rp 1.275 per saham, sedangkan CTRA masih berada di level Rp 1.040 per saham, PWON Rp 530, dan SMRA Rp 840 per saham.

Baca Juga: Ini pilihan investasi yang menarik di tahun 2021 menurut Commonwealth Bank

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati