Indeks Regional Merah, Mata Uang Asia pun Melemah



SINGAPURA. Merahnya indeks regional hari ini juga turut mempengaruhi anjloknya mata uang di sejumlah negara-negara Asia. Pasalnya, melempemnya perekonomian global menyebabkan menurunnya permintaan aset-aset di emerging market.

Seluruh mata uang Asia yang diperdagangkan, di luar Jepang, mengalami pelemahan setelah memburuknya pasar saham di Amerika Serikat (AS). Hari ini, pelemahan terburuk dialami oleh mata uang rupiah dan won Korea.

Asal tahu saja, rupiah diperdagangkan pada level yang paling rendah dalam tujuh tahun terakhir. Letoinya rupiah mengikuti penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hari ini menurun 0,5%.


“Adanya sentimen dari AS yang menyebabkan mata uang Asia semakin melemah saja,” jelas Gundy Cahyadi, ekonom IDEAglobal di Singapura.

Pada pukul 10.51, pertahanan rupiah jebol 2% menjadi 11.535 terhadap dolar.  Bahkan, mata uang Garuda ini sempat menyentuh level 11.700, mendekati posisi 11.900 pada 28 Oktober lalu yang merupakan level terendah sejak 2001.

“Sepanjang minggu ini, jika mata uang Asia terus mengalami pelemahan, bisa jadi rupiah akan menembus batas 12.000,” kata Cahyadi.

Sementara itu, berdasarkan data dari Seoul Money Brokerage Services Ltd, nilai won juga keok 1,2% menjadi 1.346,65. Sepanjang tahun ini, won Korea sudah melemah 31% terhadap dolar. Hal ini menjadikan won sebagai mata uang Asia dengan performa terburuk tahun ini, seiring adanya penarikan dana besar-besaran oleh investor asing yang nilainya mencapai US$ 37 miliar.

Peso, baht, dolar Singapura, dolar Taiwan dan Dong juga terpuruk

Kondisi serupa juga dialami oleh mata uang Filipina, peso, yang melemah akibat rendahnya pertumbuhan ekspor dalam enam bulan terakhir. Nilai peso juga semakin melemah setelah media Philippine Daily Inquirer melaporkan para pebisnis di Filipina akan menghadapi resesi pada 2009 mendatang. Berita ini mengutip hasil survei yang dilakukan terhadap beberapa pengusaha sukses di negara tersebut.

“Rendahnya ekspor akan memberikan dampak negatif terhadap peso. Sektor bisnis juga mulai merasakan dampak dari krisis sehingga menambah sentimen negatif terhadap peso,” jelas Rafael Algarra, treasurer Security Bank Corp di Manila. Data dari Tullet Prebon Plc merilis, peso Filipina melemah 0,4% menjadi 49,025 per dolar di Manila.

Di sejumlah negara lain, dolar Singapura melemah 0,4% menjadi S$ 1,5043. Demikian pula halnya dengan dolar Taiwan yang terpeleset 0,3% menjadi NT$ 32,987. Kejadian serupa juga dialami ringgit Malaysia yang melemah dari 3,5842 menjadi 3,5890.

Sementara mata uang Thailand, baht, juga melemah dari posisi 34,93 menjadi 34,97. Dong Vietnam pun mengalami kejadian serupa dan bertengger pada level 16.950.

Sekadar tambahan informasi, di Jepang, mata uang yen juga melemah terhadap euro. Hal ini memberikan tingkat kepercayaan baru terhadap investor untuk membeli aset-aset dengan imbal hasil tinggi di Jepang.

Mata uang Negeri Sakura itu letoi menjadi 122,70 per euro, kemarin. Hari ini, nilai yen tidak banyak mengalami perubahan terhadap dolar dan bertengger pada level 97,63.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie