JAKARTA. Tahun 2013 baru berjalan tiga hari. Tapi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah menorehkan rekor baru. Kemarin, IHSG naik 1,21% ke level 4.399,26, posisi tertinggi sepanjang sejarah bursa saham kita. Banyak sentimen positif menyelimuti bursa sehingga indeks terangkat. Dari eksternal antara lain keberhasilan Pemerintah Amerika Serikat (AS) menghindari jurang fiskal. Selain itu, data ekonomi AS yang cukup positif, seperti data manufaktur AS yang meningkat, juga menumbuhkan euforia pasar. IHSG kian terangkat setelah harga komoditas seperti batubara dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) menguat. Alhasil, saham sektor batubara dan kebun sawit kembali menguat.
Tapi, David Cornelis, Kepala Riset KSK Financial Group melihat, secara historis IHSG memang cenderung naik di awal Januari. "January effect sudah terlihat sejak perdagangan pertama di tahun ini," ujar dia, kemarin. Tak pelak, dana asing yang masuk ke bursa saham juga berhamburan. Dalam waktu dua hari perdagangan bursa, dana asing yang masuk mencapai Rp 10,83 triliun. David pun yakin, sepanjang Januari, IHSG masih reli dengan rentang pergerakan 4.381-4.443. Ia bilang, bursa saham global biasanya menguat hingga 3% sepanjang Januari. IHSG pun juga akan mengalami hal yang sama. Setali tiga uang, analis Universal Broker Indonesia, Alwy Assegaf, memprediksi, IHSG akan cenderung menguat bulan ini dengan kisaran support di 4.340-4.380 dan resistance 4.430-4.480. Jeda oleh profit taking Analis Lautandhana Securindo, Krishna D Setiawan, juga menyatakan, dalam jangka menengah, IHSG masih bisa reli dan bisa menembus level resistance di posisi 4.475. Hanya saja, ada potensi koreksi dalam jangka pendek. "Koreksi dalam tren naik jangka menengah dan panjang biasa terjadi dan itu malah sehat," tutur dia. Alwy menimpali, aksi profit taking bisa terjadi sebab secara teknikal beberapa indikator sudah memberi sinyal overbought. Volume perdagangan dalam satu pekan terakhir juga sudah di atas rata-rata transaksi harian. Kemarin, transaksi harian Rp 6,3 triliun. Padahal rata-rata di 2012 hanya Rp 4,5 triliun.
Kondisi itu tidak hanya terjadi di bursa kita. "Beberapa bursa Asia juga sudah menunjukkan kondisi overbought, jadi wajar kalau terjadi koreksi," papar dia. Saat ini, pasar global sedang menunggu momentum baru, sehingga kemungkinan melemah lagi juga kuat. Apalagi, jika data ekonomi AS terbaru mengecewakan. Beberapa data yang siap dirilis dan bisa menjadi perhatian pasar adalah jobless claim atau data pengangguran dan non farm payroll di AS. David memproyeksi, IHSG sampai akhir 2013 bisa menembus 5.000. Sedangkan, Katarina Setiawan, Kepala Riset Kim Eng Securities memprediksi, hingga pengujung 2013, IHSG bakal mencapai level 4.800. Tahun ini, saham perbankan dan consumer goods masih menarik untuk dikoleksi investor. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana