KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, indeks sektoral pertambangan sudah naik 13,48%. Pertambangan menjadi satu-satunya indeks sektoral yang menguat sejak awal tahun. Indeks sektoral lainnya kompak memerah dengan penurunan paling dalam dialami sektor properti, real estate, dan konstruksi gedung mencapai 24,24%. Sementara penurunan paling tipis dialami oleh sektor keuangan dan industri barang konsumen masing-masing 3,39% dan 8,62%. Analis Henan Putihrai Sekuritas Meilki Darmawan mengungkapkan, peningkatan saham-saham pertambangan tertopang emiten-emiten yang memiliki produk emas yang cenderung menguat selama pandemi Covid-19.
Di sisi lain, saham perusahaan yang memiliki produk nikel terus didukung oleh pemerintah dari sisi regulasi. "Jadi secara keseluruhan kontribusi sektor logam masih menjadi penopang dari indeks pertambangan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (6/12).
Baca Juga: Permintaan meningkat drastis, harga batubara menguat tajam Akan tetapi, memasuki Oktober 2020, Meilki mengamati sektor pertambangan batubara mengalami permulihan permintaan. Oleh karenanya, penguatan sektor pertambangan juga tidak terlepas dari saham-saham batubara. Ke depan, saham-saham pertambangan akan lebih baik dibanding tahun 2020 yang menurutnya menjadi basis terendah. Kondisi sektor ini akan membaik seiring dengan kenaikan permintaan karena aktivitas industri mulai berjalan normal. Meilki memperkirakan, saham emiten pertambangan logam masih bergerak agresif tahun depan. Sebab, di tahun 2021 akan ada lebih banyak lagi infrastruktur-infrastruktur yang dibangun dan kerjasama baru di wilayah pertambangan nikel. Oleh karenanya, ia menyarankan investor untuk mencermati saham-saham yang memiliki eksposur nikel seperti ANTM dan INCO. "Masih bisa untuk dicermati oleh investor untuk mulai dilakukan akumulasi sebelum penutupan akhir tahun," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (6/12). Hanya saja untuk rekomendasi dan target harganya, Meilki bilang masih dalam proses review. Sementara dilihat secara teknikal, Yudi Chen dari komunitas Indonesia Investment Education (IIE) mengungkapkan, beberapa saham pertambangan yang bisa dicermati antara lain A
DRO,
PTBA,
DOID,
INCO,
ANTM, dan
MEDC. Seperti yang diungkapkannya dalam webinar Indonesia Investment Education (IIE) yang digelar pada Sabtu (5/12),
ADRO akan mengalami bulllish dengan target kenaikan hingga Rp 1.640. Selama ADRO bisa berada di atas level Rp 1.420, akan tebuka peluang peluang untuk melanjutkan target terdekat di Rp 1.640. Akan tetapi, jika ADRO melorot di bawah Rp 1.420 investor bisa membatasi risikonya terlebih dahulu. Sementara untuk PTBA, jika pekan depan pergerakan sahamnnya berhasil lepas dari level Rp 2.510, maka
PTBA memasuki fase
rally. Target terjauhnya berada di Rp 3.620. Sementara target terdekatnya Rp 2.820 dengan target kedua di Rp 3.210. Investor dapat membatasi risiko apabila PTBA turun di bawah Rp 2.310. Adapun untuk pergerakan DOID, sahamnya kemarin sudah berhasil naik di area Rp 314 dan sudah bisa melewati area 378. Selama bisa melewati area Rp 378, DOID dapat membuka peluang naik kembali ke area Rp 460 dengan target berada di area Rp 550.
Baca Juga: Satu-satunya indeks sektoral yang naik, ini prospek sektor pertambangan tahun depan Untuk saham INCO, pergerakan sahamnya akan atraktif jika keluar di atas level Rp 5.200. Jika berhasil, maka INCO akan mengakhiri fase
sideways-nya selama 12 tahun dan kembali fase uptrend-nya dengan target yang pertama di Rp 6.330. Target INCO selanjutnya di Rp 7.700. Investor perlu membatasi risiko kalau sahamnya tidak bisa bertahan di atas Rp 5.200 dengan batas 4.500.
Untuk saham ANTM tengah bergerak di fase konsolidasi di area Rp 1.155 hingga Rp 1.280. Jika minggu depan ANTM bisa bergerak naik di atas Rp 1.280, maka target areanya berada di Rp 1.400. Jika menembus di atas Rp 1.400, maka target selanjutnya di Rp 1.680. Sementara untuk MEDC, Yudi mengamati harga sahamnya sudah berhasil bertahan di Rp 510, ini merupakan indikasi yang bagus. Selama bisa bertahan di area ini, MEDC membuka peluang naik ke Rp 765. Jika MEDC bisa break di area Rp 580, maka target pertamanya akan menyentuh Rp 670 dahulu. Akan tetapi, kalau saham MEDC turun di Rp 470, ini menjadi indikasi yang kurang baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi