KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seluruh indeks syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI) kompak tertekan sepanjang 2023 ini. Per Senin (16/10), Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) terkoreksi 2,58%. Jakarta Islamic Index (JII) juga telah anjlok 7,24% secara
year to date ke posisi 545,46. Jakarta Islamic Index 70 (JII70) juga ambles 5,56% sepanjang 2023. Berikutnya ada indeks IDX Sharia Growth dan IDX-MES BUMN 17 masing-masing mengalami koreksi 7,55% dan 9,44% sepanjang tahun berjalan ini.
Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas mencermati secara teknikal, jika JII terus mengalami koreksi maka
support terdekatnya ada di 530. Kemudian untuk ISSI, Nafan menjelaskan indeks tersebut berpotensi membentuk fase
minor markdown dengan target
support pada level 208,5. "Memang indeks syariah baik JII dan ISSI mengalami
minor markdown phase sehubungan dengan pelemahan saham di sektor bahan baku dan energi," kata Nafan kepada Kontan.co.id, Senin (16/10).
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Selasa (17/10) Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menjelaskan indeks syariah masih mendapatkan tekanan dari sentimen global. Sentimen global saat ini mulai dari eskalasi perang yang akan berimbas pada kenaikan harga minyak, kenaikan inflasi hingga potensi suku bunga di level tinggi untuk waktu yang lebih lama. "Dampak dari perang tentu menekan semua sektor karena perang bisa mempengaruhi seluruh prospek perekonomian di masa mendatang," kata Nico. Nico menilai masih ada potensi untuk saham-saham syariah mengalami kenaikan di sisa tahun ini. Katalis utamanya datang dari kepastian pendaftaran capres dan cawapres. Gelaran pemilu serentak pada 2024 akan menjadi sentimen positif bagi sejumlah sektor penghuni indeks syariah mulai dari sektor konsumer hingga media. "Karena itu saham-saham yang berada di JII maupun ISSI tentu akan mendapatkan sentimen positif dari gelaran pemilu tersebut," kata Nico. Nafan juga menilai masih ada potensi untuk indeks-indeks syariah itu mengalami penguatan karena ada sentimen rilis kinerja di Kuartal III-2023. Dia memproyeksikan mayoritas emiten yang memiliki label syariah masih akan mencetak pertumbuhan yang progresif sehingga akan mendorong harga sahamnya.
Baca Juga: IHSG Turun 0,44% ke 6.896, ARTO, ANTM, ADRO Top Gainers LQ45 Hari Senin (16/10) Di sisi lain, kenaikan jumlah investor modal syariah juga akan menjadi katalis bagi saham-saham syariah. Apalagi kenaikan investor juga diimbangi dengan bertambahnya jumlah produk berbasis syariah. "Meningkatnya jumlah penawaran umum perdana saham juga akan menambah pilihan saham syariah, terlebih saham itu punya market cap yang besar," ujar Nafan.
Dari saham syariah, secara jangka pendek Nafan merekomendasikan akumulasi
AKRA dengan target harga di Rp 1.510 dan akumulasi
INDF dengan potensi
rebound di target harga Rp 6.900. Dia juga merekomendasikan akumulasi pada
PTBA dengan target harga Rp 2.830 per saham,
ICBP dengan target harga Rp 11.100 per saham,
UNVR dengan target harga Rp 3.750 per saham,
ASII dengan target harga Rp 6.200 per saham,
INCO dengan target harga Rp 5.800 per saham. Sementara itu dari kumpulan saham syariah pilihan Nico jatuh pada
ACES,
ASII,
BRIS,
ESSA,
EXCL,
ICBP,
INDF,
INDY,
TLKM, dan
UNTR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati