Indeks Syariah Tertekan, Ini Saham yang Menarik Dilirik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks syariah kompak terbenam dalam zona merah sepanjang tahun ini. Di tengah tekanan ini, investor bisa melakukan strategi buy on weakness pada saham-saham syariah.

Per Rabu (14/6), Jakarta Islamic Index (JII) anjlok 7,16%, Jakarta Islamic Index 70 turun 5,49%, Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) 7,74%, IDX-MES BUMN 15 melemah 5,29% dan IDX Sharia Growth 5,94%.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana menuturkan tekanan pada indeks syariah ini memang sejalan dengan penelaahan yang terjadi di pasar saham.


Misalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah tertekan 2,20% sepanjang tahun berjalan ini. Hingga penutupan Rabu (14/6), IHSG parkir di level 6.699,72.

"Penurunan ini memang sejalan dengan pergerakan IHSG yang masih berada dalam tekanan karena sentimen global," tutur dia saat dihubungi Kontan, Kamis (15/6).

Baca Juga: Indeks Syariah Rontok, BEI Masih Optimistis Pasar Modal Syariah Tumbuh

Namun Raditya menilai pasar modal syariah masih punya potensi besar untuk pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah investor dan suplai di pasar modal.

Bursa Efek Indonesia mencatatkan jumlah menghuni ISSI mencapai 527 saham per 31 Maret 2023. Nilai tersebut meningkat 10,25% dari 478 saham posisi Maret 2022.

Jumlah investor pasar modal syariah pun ikut berkembang. Hingga kuartal I-2023, investor syariah mencapai 120.530 dengan jumlah investor aktif sebanyak 13.859.

Raditya menyebut tekanan yang ada pada saham-saham syariah ini membuka peluang untuk buy on weakness. Hal ini didukung oleh fundamental Indonesia yang masih kuat.

"Saat ini merupakan peluang untuk buy on weakness karena makro Indonesia saat ini juga menunjukan perkembangan yang positif," ucap Raditya.

Untuk saham syariah, pilihan Raditya jatuh pada BPTS dengan target Rp 2.500, BRPT dengan target peningkatan Rp 860 dan ELSA dengan target peningkatan di Rp 400. Pertimbanganya ketiga saham itu tergolong undervalue.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari