India Bakal Meredam Arus Dana Panas di Pasar Finansial



MUMBAI. India akan mengontrol masuknya investasi asing dalam surat utang (obligasi) pemerintah. Menurut Deputi Gubernur Bank Sentral India Shyamala Gopinath, langkah tersebut untuk meredam membanjirnya likuiditas di pasar keuangan.

"Utang pemerintah India bebas risiko. Ini akan memudahkan sebagian orang untuk menarik pinjaman dengan bunga yang rendah dan berinvestasi dalam obligasi yang bebas risiko," katanya.

Gopinath melontarkan pernyataan tersebut setelah Jumat pekan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan agar India mengurangi pembatasan bagi investor asing di pasar obligasi. Tujuannya adalah untuk mendorong perdagangan dan menurunkan biaya kredit.


Namun, Bank Sentral India khawatir derasnya modal asing yang masuk ke pasar finansial akan menimbulkan risiko lebih tinggi. Ini terutama berdampak terhadap menguatnya nilai mata uang domestik yang berujung pada anjloknya nilai ekspor.

Berdasarkan catatan Bank Sentral India, arus investasi asing di surat utang mencapai US$ 5 miliar per tahun. Derasnya aliran hot money itu dipicu oleh besarnya yield yang diperoleh investor.

Contohnya obligasi pemerintah bertenor 10 tahun memberikan yield 7,87%. Dengan tenor yang sama, yield itu jauh lebih tinggi dari yield obligasi pemerintah di Amerika Serikat dan Jepang yang masing-masing hanya 3,7% dan 1,3%.

Untuk menahan derasnya arus hot money, kata Gopinath, bank sentral akan mendorong lebih banyak investasi asing masuk melalui obligasi korporasi. Kelak, dana dari hasil penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur, seperti pelabuhan dan jalan tol di India.

Hanya saja, bank sentral membatasi plafon investasi asing di obligasi korporasi maksimal sebesar US$ 15 miliar. "India menyediakan batas yang lebih tinggi untuk obligasi korporasi," kata Gopinath.

Kebijakan Bank Sentral India itu mendapat kecaman dari IMF. John Lipsky, Deputi Direktur IMF, bilang, peningkatan investasi asing di pasar keuangan akan menyediakan likuiditas tambahan dan membuat harga obligasi menjadi lebih kuat. "Baru-baru ini IMF melakukan studi di 10 pasar negara berkembang. Hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi asing telah menurunkan biaya pinjaman," kata John.

Editor: Johana K.