India dan Asean silang pendapat soal FTA sektor jasa



JAKARTA. Setelah ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA) berlaku untuk barang, kedua pihak kembali menyeriusi negosiasi sektor jasa dan investasi yang tak kunjung rampung. Kedua pihak membawa usulan sendiri-sendiri. "FTA dengan India untuk services dan investment baru mulai perundingannya," ungkap Gusmardi Bustami, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional kepada KONTAN, Sabtu (19/11) di Nusa Dua, Bali.

Semestinya, AIFTA untuk jasa dan investasi itu sudah mulai berlaku tahun ini. Namun, target itu tak tercapai karena kedua pihak masih belum sepakat atas sejumlah hal. "Tawaran antara ASEAN dan India masih belum sesuai satu sama lain," kata Gusmardi. Misalkan, India meminta agar ASEAN membuka pasar tenaga kerja terlatihnya (skilled labor), tapi ASEAN menolak. Sebaliknya, ASEAN juga meminta India membuka sektor finansialnya, dan jelas India menolak.

India juga menawar agar ASEAN menggunakan pendekatan positif dalam hal investasi. Ini bertentangan dengan sebagian besar negara ASEAN yang menggunakan pendekatan negatif. Misalnya, Indonesia yang menggunakan Daftar Negatif Investasi (DNI) untuk membatasi investasi asing yang masuk ke sektor-sektor vital. "Padahal, FTA-FTA ASEAN dengan sejumlah negara lain setuju menggunakan pendekatan negatif. Cuma India saja yang meminta hal ini," kata Gusmardi.


India memang berupaya menekan di sektor jasa. Sebab, FTA dengan ASEAN di sektor barang sebagian besar berakhir dengan defisit perdagangan di sisi India. Contoh saja antara India dan Indonesia, India lebih banyak mengimpor dari Indonesia ketimbang mengekspor kemari.

Per Januari-Agustus 2011, ekspor Indonesia ke India yang sebagian besar berupa batubara dan sawit mencapai US$ 9,08 miliar. Sedangkan impor dari India hanya US$ 3 miliar.

Ketua ASEAN Business Advisory Council, Anangga W.Roesdiono, mengatakan negosiasi ASEAN dan India bakal panjang. Sebab keduanya belum mencapai kesepakatan yang tepat.

Antusiasme di kalangan pebisnis antara kedua negara pun belum terlihat. "Contoh ceteknya ketika ASEAN Business and Investment Summit kemarin, mereka meminta sesi ASEAN-India, tapi ternyata Menteri Perdagangan India tidak datang, pebisnis-pebisnis dari India pun tidak banyak yang hadir," tuturnya.

FTA di sisi jasa terutama sektor tenaga kerja, akan berisiko apabila negara-negara ASEAN tidak siap. "Mereka akan lebih banyak masuk karena jumlah tenaga kerja mereka lebih banyak dan kompetensi lebih tinggi, misalnya dalam hal bahasa Inggris," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.