India dan Indonesia diharapkan bantu tingkatkan ekonomi petani teh



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Penandatanganan kesepakatan dalam acara Asian Tea Conference yang melibatkan China, Indaia dan Indonesia dalam ekspor teh diharapkan mampu mendongkrak ekonomi petani teh Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Ketua Yayasan Business Watch Indonesia (BWI) Aris Buntara pertanian sebagai dasar tulang punggung pergerakan ekonomi di Iindonesia. Hal ini menunjukkan pertumbuhan industri berasal dari sektor pertanian. Namun sayangnya, pertambahan penduduk yang cepat, tidak sebanding dengan pertumbuhan pangan. Ironisnya, saat ini semakin sedikti generasi muda yang mau untuk terjun mengembangkan pertanian. Hal ini dikarenakan sektor pertanian dinilai tidak meningkatkan penghasilan di masa depannya. “Dengan MoU ini akan berpeluan dalam mengembangkan sektor pertanian. Para petani dan pemetik teh merasa tidak sejahtera di dalam usaha sektor teh, sehingga rendahnya upah mnjadi pemicu langkanya pekerja pemetik teh, Inilah yang terjadi pada petani rakyat,” kata Aris di Hotel Aryaduta Jakarta, Senin (17/12). Terkait hal tersebut Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahja Widayanti mengatakan bahwa dengan penandatangan MoU ini diharapkan ada dampak yang juga dirasakan oleh petani teh Indonesia. Tjahja menjelaskan dengan adanya transfer teknologi yang diperoleh dari India dan China mampu meningkatkan kualitas teh lokal yang mampu berdaya saing. Ini sekaligus meningkatkan peluang kesejahteraan ekonomi bagi petani lokal. “Diharapkan (ekonomi petani teh) bisa lebih baik, karena beberapa ada yang kurang, misalkan saja infrastruktur untuk pengembangan teh yang saat ini belum ada. Kita juga minta kerja sama dengan China dan India yang kita anggap mereka lebih advance dari kita,” ungkapnya. Tjahja menjelaskan bahwa dalam industri teh, kebanyakan menyoroti teh dari China dan Taiwan. Menurutnya kedua negara ini memiliki cita rasa teh yang sesuai dengan selera pasar global. Lalu untuk meningkatkan kualitas teh lokal maka dengan bekerja sama dengan negara-negara yang lebih maju tidak ada salahnya. “Kenapa tidak kita keja sama dengan mereka untuk meningkatkan nilai tambah dari teh kita. Mungkin teknologi, seperti pengeringan, kemasan. Supaya kita bisa tune in dengan selera pasar global. mou ini, bisa membuka kesempatan mereka untuk transfer teknologi ke kita,” jelasnya. Beda dengan Tiongkok, petani teh tiongkok dipastikan memiliki penghasilan yang baik, hal ini karena di Tiongkok 50% biaya produksi petani di subsidi oleh pemerintah.

Menurut Ketua China Trade Marketing Association (CTMA) yakni Wang Qing kebijakan pemerintah tiongkok untuk produksi teh sangat banyak. Missalkan dari segi perkebunann akan diberikan subsidi dari pemberian bibit teh, pengelolaan lahan perkebunan teh, dan pembelian mesin pengelolaan. “Subsidi untuk petani teh sekitar 50%. Dari setiap kebijakan di pertanian selalu ada 1 item untuk perkebunan teh. Pemerintah tiongkok membentuk asosiasi petani teh menjadi koperasi, dan sangat mendukung dari segi asset dan pendaanaan dari asosiasi petani teh, karena itu, petani teh di Tiongkok incomenya bagus,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Azis Husaini