India kerek pajak impor, ini rekomendasi saham sektor CPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat pangkas bea masuk untuk crude palm oil (CPO), kini India malah mengenakan pajak tambahan atas impor CPO. Selasa (2/2), India memberlakukan pajak tambahan sebesar 17,5%, yang terpisah dari bea masuk CPO. 

Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman mengatakan, penambahan pajak impor CPO ini dilakukan karena India ingin membangun infrastruktur pertanian domestik dan mendorong sumber daya di India. 

Kenaikan pajak tambahan untuk impor ini juga akan mempersempit kesenjangan bea antara minyak sawit dan minyak nabati lainnya. Alhasil, impor CPO India diprediksi turun dan akan menekan harga CPO global.


Mengutip Bloomberg, Selasa (2/2) harga CPO kontrak pengiriman April 2021 di Malaysia Derivatif Exchange ditutup anjlok 2,83% ke level ke RM 3.391 per ton. 

Analis Phillip Sekuritas Michael Filbery menilai, kenaikan pajak impor India akan berpengaruh terhadap daya saing CPO Malaysia dan Indonesia di pasar komoditas India. Pasalnya, tambahan pajak impor ini akan mengurangi diskon CPO terhadap komoditas minyak nabati lainnya.

Terlebih lagi, sejauh ini, India merupakan konsumen terbesar kedua CPO secara global. "Dengan adanya pengenaan pajak tambahan ini, diperkirakan impor CPO oleh India akan banyak berkurang. Apalagi India berencana untuk meningkatkan infrastruktur pertaniannya," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (2/2).

Baca Juga: India kenakan tambahan pajak impor CPO, begini prospeknya menurut analis

Lebih lanjut, Michael bilang, hal ini juga akan memberikan efek terhadap laju saham-saham di sektor CPO, terutama yang memiliki pangsa pasar ekspor, seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS). 

Pada perdagangan Selasa (2/2), saham AALI melemah 3,04% menjadi Rp 11.150. Serupa, SSMS pun terkoreksi 2,83% ke level Rp 1.030 per saham.

Meskipun begitu, Michael menyarankan investor untuk hold saham sektor CPO atau trading buy saja. Trading buy dilakukan untuk memanfaatkan potensi harga CPO yang cenderung sideways hingga akhir kuartal I-2021 atau sampai dengan La Nina berakhir.

Menurut dia, setelah terkoreksi dari level tertingginya di RM 3.733 per ton pada Januari 2021 lalu, harga CPO kembali membentuk diskon terhadap minyak kedelai meskipun lebih tipis dibandingkan rata-rata dua tahun terakhir. 

"Saat ini, harga CPO membentuk level keseimbangan baru di rentang RM 3.200-RM 3.600 per ton," pungkas Michael.

Selanjutnya: IHSG diramal melemah, saham-saham ini bisa dicermati pada Rabu (3/2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari