KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan perdagangan kayu berorientasi ekspor, PT Darmi Bersaudara Tbk (
KAYU) terus berupaya menjaga arus kas atawa
cashflow di tengah-tengah kebijakan
lockdown yang diberlakukan Pemerintah India selama 21 hari sejak 24 Maret 2020. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan terhambatnya pencairan wesel
letter of credit (L/C) saat kebijakan
lockdown di India. Direktur Independen Darmi Bersaudara Lie Kurniawan mengatakan kebijakan
lockdown di India bisa berdampak pada perlambatan siklus bisnis KAYU. Pasalnya, pasca permberlakuan kebijakan ini, setiap kapal kargo yang masuk ke India dikenakan karantina selama 14 hari sebelum diperbolehkan merapat ke pelabuhan bongkar muat barang.
Baca Juga: APBI: Lockdown India berdampak ke kinerja ekspor batubara Indonesia Akibatnya, waktu yang dibutuhkan untuk mengirim barang ke India menjadi lebih banyak. Di samping itu, pemberlakukan kebijakan lockdown di India juga diikuti oleh tutupnya sebagian cabang bank di India. Hal ini pada gilirannya bisa berdampak pada terhambatnya proses pencairan wesel atas dana transaksi jual beli yang seharusnya diterima perseroan dari pihak bank pembuka atawa issuing bank di India. “Proses bank, L/C, akseptansi dan lain-lain menjadi lebih lambat dari biasanya,” kata Lie kepada Kontan.co.id (26/03). Sedikit informasi, Indiai merupakan pangsa ekspor utama KAYU dengan porsi kontribusi sekitar 90% dalam total penjualan ekspor. Adapun sebanyak 10% pendapatan ekspor KAYU berasal dari penjualan ekspor ke Nepal. Dalam setahun, biasanya KAYU melakukan pengiriman hingga sebanyak 50-70 kali ke India mapun Nepal dengan frekuensi pengiriman yang beragam, bergantung pada permintaan dari para buyer di India ataupun di Nepal. Sebagai perusahaan yang berorientasi ekspor, kontribusi ekspor dalam total penjualan KAYU sendiri memiliki porsi yang tidak sedikit. Pada sembilan bulan pertama tahun 2019 saja misalnya, sebanyak 80,26% dari total penjualan bersih di sembilan bulan pertama berasal dari penjualan ekspor produk-produk kayu setengah jadi (semi-furnished) dengan nilai sebesar Rp 22,08 miliar. Dus, risiko gangguan arus kas yang mungkin timbul akibat pemberlakuan kebijakan
lockdown di India tidak bisa disepelekan. Maka itu, KAYU berupaya menjaga arus kas dengan mencoba bekerja sama dengan lembaga asuransi seperti Askrindo dan Jasindo untuk mendapatkan fasilitas percepatan pembayaran melalui Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN). “Jadi kami bisa dapat dana sebelum L/C cair, tentunya kami juga fair, ini hanya untuk barang-barang yang sudah sampai di negara pembeli saja yang kami harapkan bisa dipercepat pembayarannya,” kata Lie (26/03).
Sembari hal ini dilakukan, KAYU berharap pemerintah bisa menjamin dan membantu percepatan pencairan dana untuk eksportir-eksportir yang dokumen-dokumen ekspornya sudah di-submit. Menurut pengakuan Lie, sejauh ini pihaknya belum menerima pembatalan ataupun penundaan kontrak pasca pemberlakuan
lockdown. Pun dari sisi jumlah permintaan sejauh ini masih terbilang normal. Hingga kini, KAYU masih berpatokan pada target perolehan laba bersih sebesar Rp 7,4 miliar sebagaimana yang sudah dicanangkan sebelumnya.
Baca Juga: Bank-bank di India berencana menutup sebagian cabang besar selama lockdown Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat