India menjegal laju harga batubara



JAKARTA. Isu bakal lenyapnya permintaan batubara dari India menjegal laju harga komoditas energi ini. Padahal, akhir pekan lalu, harga batubara sempat melambung ke level tertinggi enam bulan terakhir. Meski demikian, harga batubara masih punya kans untuk naik lagi.

Mengutip Bloomberg, Senin (25/4), harga batubara kontrak pengiriman Juni 2016 di ICE Futures Exchange tergelincir 0,09% dibandingkan akhir pekan lalu ke level US$ 51,50 per metrik ton. Sebelumnya, Jumat (22/4), batubara sempat bertengger di level US$ 51,55 per metrik ton. Ini harga tertinggi sejak Oktober 2015.

Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures menilai, tergelincirnya harga batubara salah satunya dipicu aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan pelaku pasar menyusul kenaikan harga yang sudah cukup tinggi. Sebab, di satu sisi, investor masih punya dugaan, fundamental batubara belum kuat untuk terus naik.


“Kenaikan harga pada pekan lalu, karena memang sentimen harga komoditas sedang positif, jadi batubara ikut terangkat,” kata Wahyu.

Selain itu, Wahyu menduga, isu dari India memunculkan kekhawatiran terhadap prospek batubara ke depan. Menteri Batubara dan Energi India, Piyush Goyal menyatakan  India akan terus mencari cara untuk mampu memenuhi kebutuhan batubara dari dalam negeri sendiri. Sehingga, ke depan, India akan mencapai satu titik di mana tidak perlu lagi mengimpor batubara.

Prediksi Goyal, salah satu perusahaan batubara pemerintah terbesar di India, Coal India Ltd bisa meningkatkan produksi tahunan menjadi 1 miliar ton dalam empat tahun mendatang. Adapun, untuk India secara keseluruhan bisa menyentuh 1,5 miliar ton.

Dengan ekspektasi masa depan bahwa pasar global bisa kehilangan permintaan dari India, berdampak negatif pada harga batubara. Hanya saja, Wahyu bilang, isu ini sifatnya sementara. Harapan India tersebut belum akan berlangsung dalam waktu dekat. “Setelah kekhawatiran dari pernyataan ini mereda, harga akan kembali terangkat,” duga Wahyu.

Ia memperkirakan, harga batubara masih berpeluang naik lagi. Sebab, selagi pasar mengantisipasi pertemuan rapat The Fed pada FOMC Kamis (28/4), dollar AS akan cenderung fluktuatif. Efeknya, ruang gerak harga komoditas masih luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini