KONTAN.CO.ID - India, eksportir beras terbesar dunia, telah memberlakukan lebih banyak pembatasan pada pengiriman biji-bijian. Sebuah langkah yang dapat semakin menekan pasokan bahan pangan pokok global. Dikutip dari
Bloomberg, pemerintah akan menetapkan harga dasar sebesar US$ 1.200 per ton untuk ekspor beras basmati, menurut pernyataan dari Kementerian Perdagangan. Pemerintah mengatakan bahwa hal ini akan mencegah beberapa pedagang mencoba menyelundupkan beras putih non-basmati, yang telah dilarang untuk diekspor, melalui bea cukai dengan menyamar sebagai varietas beras aromatik yang lebih mahal.
Langkah terbaru ini menyusul penerapan pajak ekspor sebesar 20% pada beras pratanak, yang membenarkan laporan sebelumnya oleh
Bloomberg News. India, yang menyumbang sekitar 40% perdagangan beras global pada tahun lalu, telah melarang atau memberlakukan semacam pembatasan terhadap ekspor semua jenis beras.
Baca Juga: Gawat! India Berencana Larang Ekspor Gula Karena Kekeringan Harga beras di Asia melonjak ke level tertinggi dalam hampir 15 tahun pada awal bulan ini dan kemungkinan akan terus meningkat, sehingga meningkatkan biaya bagi importir seperti Filipina dan beberapa negara Afrika. Langkah-langkah proteksionis India baru-baru ini sejalan dengan upaya agresifnya untuk mendinginkan harga pangan lokal menjelang pemilihan umum awal tahun depan, ketika Perdana Menteri Narendra Modi sedang mengincar masa jabatan ketiga. B.V. Krishna Rao, presiden Asosiasi Eksportir Beras mengatakan bahwa dengan diberlakukannya pajak beras pratanak oleh India, harga dalam negeri akan turun, dan hal ini akan membantu pemerintah dalam mengendalikan inflasi pangan. "Namun, harga global akan naik dan pembeli harus menerima kenaikan tersebut. Juga akan ada negosiasi ulang kontrak tertentu antara pembeli dan penjual," tambahnya. Beras merupakan makanan pokok bagi sekitar setengah populasi dunia. Pembatasan yang dilakukan India terjadi ketika harga pangan masih tinggi akibat perang Rusia di Ukraina dan cuaca yang tidak menentu di seluruh dunia mengancam pasokan biji-bijian dan minyak sayur. Ada kekhawatiran bahwa langkah-langkah India untuk menjamin ketahanan pangan dalam negeri akan berdampak pada beberapa negara miskin yang masih berjuang untuk pulih dari resesi yang disebabkan oleh virus corona.
Baca Juga: Pesawat Ruang Angkasa India Chandrayaan-3 Sukses Mendarat di Bulan Beras pratanak atau setengah matang menyumbang sekitar sepertiga dari total ekspor beras India. Negara ini telah melarang ekspor beras pecah dan non-basmati, membatasi pengiriman gandum dan gula, serta membatasi penyimpanan beberapa hasil panen. India juga mempertimbangkan untuk menghapuskan pajak impor sebesar 40% terhadap gandum dan menjual tomat, bawang merah, dan biji-bijian dari persediaan negara untuk meningkatkan pasokan lokal. Parboiling adalah proses merebus sebagian butiran beras sebelum digiling untuk meningkatkan nilai gizinya dan mengubah tekstur beras. Beberapa restoran menggunakan nasi pratanak karena sudah bersih dan mudah dimasak. Pemerintah mengatakan, bahwa eksportir yang memiliki surat kredit (
letter of credit) yang sah sebelum peraturan baru mengenai beras pratanak masih diperbolehkan mengirimkan beras tersebut. Pajak ekspor varietas ini akan berlaku hingga 15 Oktober.
Sementara Kementerian Perdagangan mengatakan, bahwa keputusan untuk menetapkan harga minimum pengiriman beras basmati diambil setelah melihat tingginya volatilitas pada harga ekspor beras tersebut.
Baca Juga: Ledakan di India, Krisis di Rusia: Bagaimana Uang Membentuk Perlombaan Antariksa Dalam beberapa kasus, varietas beras aromatik dikatakan telah terjual sebanyak US$ 359 per ton, dibandingkan dengan harga ekspor rata-rata sebesar US$ 1,214 per ton pada bulan ini. Kontrak beras basmati yang bernilai kurang dari $1.200 kemungkinan akan dinilai oleh panel pemerintah, yang akan menyerahkan laporan dalam waktu satu bulan, kata kementerian.
Editor: Yudho Winarto