India turunkan bea masuk CPO dari Malaysia, bagaimana nasib emiten perkebunan?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal tahun 2019 nanti, India akan menurunkan bea masuk impor minyak sawit alias Crude Palm Oil (CPO) dari Malaysia dari 44% ke 40%.

Hal ini sebagai bentuk tindak lanjut dari kesepakatan Comprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA) kedua negara tersebut.

Kondisi ini tentu bakal berimbas pada ekspor CPO Indonesia. Asal tahu, India tercatat merupakan negara pengimpor CPO terbesar dari Indonesia selain China. Maka, dengan begitu akan berdampak bagi emiten-emiten CPO yang memiliki tujuan ekspor ke India.


Analis Panin Sekuritas William Hartanto menyatakan, efek penerapan bea ekspor CPO dari India tentu akan berdampak bagi kinerja emiten CPO Indonesia. "Tapi pemerintah Indonesia bisa mengakali ini dengan ekspor ke negara lain," ujarnya, Minggu (16/12).

Sementara dari sisi saham, William memilih saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). "Saya lihat masih berprospek cuma LSIP, hal ini melihat dari trend harga yang sudah naik sehingga dalam jangka pendek masih memberikan profit," kata dia.

Ia merekomendasikan beli saham LSIP dengan target harga di level Rp 1.300 hingga Rp 1.400 per saham. Pada akhir perdagangan Jumat (14/12), harga saham LSIP naik 1,20% ke level Rp 1,265 per saham.

Sementara itu, analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada berpendapat bahwa soal kebijakan tersebut, perlu dilihat emiten mana yang paling banyak melakukan ekspor ke India.

"Tapi, secara sentimen ini bisa jadi sentimen negatif yang mengakibatkan harga saham-saham CPO turun.

Maka Reza bilang, strategi yang dapat dilakukan oleh emiten CPO ialah dengan mencari pangsa pasar baru.

Dari sisi saham, ia menyarankan untuk wait and see saham-saham sektor CPO. "Kalau ini menjadi sentimen negatif maka waspadai aksi jual pada saham-saham CPO yang berkapitalisasi besar seperti AALI, SSMS, LSIP," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto