KONTAN.CO.ID - JAKARTA. India akan melarang ekspor gandum untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Larangan ekspor ini mencuat di tengah melejitnya harga gandum di pasar domestik akibat rusaknya ratusan hektar tanaman gandum selama rekor gelombang panas pada Maret 2022. Ditambah adanya konflik Rusia-Ukarina, larangan ekspor ini dinilai akan menyebabkan harga gandum menjadi lebih tinggi. Rusia dan Ukraina menyumbang sekitar 29% dari ekspor gandum global. Proteksionisme pangan telah mendorong harga pertanian lebih tinggi dan mendorong inflasi di seluruh dunia. Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto menilai, biaya input yang lebih tinggi akan berdampak negatif terhadap margin perusahaan barang konsumsi.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk (
MYOR) menjadi emiten dalam cakupan analisis BRI Danareksa Sekuritas yang memiliki eksposur terhadap biaya gandum impor.
Baca Juga: Analis BNI Sekuritas Rekomendasikan Buy BBNI, ADRO, INDF, dan MAPI, Simak Alasannya Natalia memperkirakan, gandum berkontribusi sebesar 16% terhadap beban pokok penjualan atau
cost of good sales (COGS) Mayora, sedangkan kontribusi gandum terhadap COGS ICBP sekitar 15%. Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan Natalia, harga gandum yang lebih tinggi akan berdampak negatif terhadap laba MYOR. Sementara itu, INDF juga akan menghadapi dampak negatif kenaikan harga gandum terhadap produk ICBP maupun dari tepung terigu Bogasari Manajemen Indofood menyatakan bahwa pasokan gandum perusahaan datang dari Australia, dengan sumber lain termasuk dari India dan Amerika Selatan. Namun, Indofood disebut memiliki stok pasokan fisik gandum selama 3 bulan sampai 4 bulan. Indofood sendiri telah menaikkan harga mie sebesar Rp 100 per bungkus pada April 2022, menghasilkan total peningkatan harga jual rata-rata atau
average selling price (ASP) sebesar 6%-8% sejak awal tahun. “Fluktuasi harga gandum akan berdampak negatif bagi grup Indofood dan Mayora,” terang Natalia, Selasa (17/5). Harga gandum yang lebih tinggi akan berdampak negatif pada laba ICBP dan MYOR dan memberikan tekanan pada harga saham keduanya. BRI Danareksa Sekuritas menyarankan investor untuk mengambil posisi di saham PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR) dan PT PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (
SIDO).
Baca Juga: Harga Saham Delta Dunia (DOID) Tren Naik, Analis Rekomendasi Beli BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli saham UNVR dengan target harga Rp 5.500, saham ICBP dengan target harga Rp 10.100, beli saham INDF dengan target harga Rp 8.300, saham MYOR dengan target harga Rp 2.000, dan saham SIDO dengan target harga Rp 1.100.
BRI Danareksa Sekuritas juga merekomendasikan beli saham PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) dengan target harga Rp 1.900 dan PT Integra Indocabinet Tbk (
WOOD) dengan target harga Rp 1.200. Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas menyematkan rekomendasi jual (
sell) saham PT Kino Indonesia Tbk (
KINO) dengan target harga Rp 1.700.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi