Indico Perluas Digitalisasi Pertanian Hingga 1.000 Hektare di Jawa Tengah



KONTAN.CO.ID - WONOGIRI. Indico, anak perusahaan Telkomsel berencana memperluas lahan untuk implementasi solusi on-farm menjadi 1.000 hektare di wilayah Jawa Tengah hingga akhir tahun ini. Target tersebut meningkat dari cakupan Indico saat ini yang baru seluas 42,29 hektare.

“Semoga usaha yang kita lakukan bersama-sama ini bisa memberdayakan sektor pertanian, bisa membuat petani lebih maju, lebih sejahtera, sekaligus memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional,” tutur CEO Indico Andi Kristianto dalam agenda seremoni panen raya Telkomsel DFE, Senin (26/6).

Untuk diketahui, saat ini Indico sedang fokus pada pengembangan ekosistem digital pada penerapan solusi digital contract farming di sektor teknologi pertanian (agritech). Dalam penerapannya, para petani terbantu dengan adanya teknologi yang difasilitasi Indico sehingga aktivitas pertaniannya bisa lebih efisien dan bisa menghemat pupuk.


Melalui Digital Food Ecosystem (DFE), Indico dalam awal perjalanannya menggandeng Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Makmur di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Hingga kini Indico telah mendampingi para petani di Kecamatan Selogiri hingga musim panen kedua.

Pada periode tersebut petani berhasil memanen 200 ton gabah padi dari sekitar 40 hektare lahan sawah. Keberhasilan penerapan digitalisasi pertanian tersebut membantu sekitar 50 petani dalam menghasilkan komoditas pertanian yang lebih berkualitas sekaligus meningkatkan nilai komersial hasil pertanian mereka.

Baca Juga: Saham Telekomunikasi Punya Prospek Positif, Simak Rekomendasi dari Maybank Sekuritas

Andi mengatakan, saat ini kualitas gabah yang dihasilkan petani lebih sehat melalui penerapan teknologi Telkomsel Internet of Things atau IoT dan digitalisasi pertanian dalam budidaya pertanian yang dilakukan tiga bulan terakhir.

Di samping itu, melalui mekanisme digital contract farming, pihaknya juga membantu petani untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih baik dari penjualan hasil panen tersebut.

“Upaya kami dalam pilot project ini menjadi langkah awal strategis dalam memberdayakan sektor agritech yang akan meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional,” ujar Andi.

Adapun digital contract farming yakni, mengkombinasikan metode pertanian presisi melalui digitalisasi pertanian dengan jaminan bagi petani untuk memastikan hasil panen terserap dengan harga jual yang lebih tinggi daripada harga pasar.

Adapun digitalisasi pertanian yang Indico lakukan mulai dari tahap persiapan lahan sampai proses budidaya tanaman meliputi pemanfaatan sensor IoT untuk mengukur kadar Nitrogen, Fosfor, dan Kalium dalam tanah, drone untuk penyiraman lahan menggunakan pupuk dan pestisida, dan aplikasi my.dfe.farm untuk mencatat perkembangan proses budidaya.

Dalam menjalankan seluruh prosedur operasional aktivitas budidaya tersebut, petani dipandu dan didampingi oleh agronomis berpengalaman.

Metode pertanian presisi dalam digital contract farming yang Indico implementasikan bersama Gapoktan Tani Makmur menghasilkan gabah padi dengan jumlah rata-rata per ubinnya lebih tinggi sekitar delapan persen dibandingkan hasil panen tanpa metode pertanian presisi.

“Selanjutnya hasil panen tersebut akan disalurkan melalui mitra Indico untuk pemasaran dan penjualan lebih lanjut,” tambah Andi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat