KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (
INDY) akan menggenjot investasi ke sektor non batubara sebagai rencana jangka panjang diversifikasi perusahaan. Ini setelah Indika menuntaskan penjualan seluruh kepemilikan saham di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (
MBSS), yakni sebanyak 892,51 juta saham atau setara 51% saham MBSS. Penjualan ini dilakukan pada Jumat (8/10) kepada PT Galley Adhika Arnawama (GAA). Divestasi ini dilakukan Indika dengan harga jual Rp 600 per saham. Dus, dari transaksi, Indika mendapatkan dana segar sebesar Rp 589,05 miliar setara US$ 41,31 juta.
Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando menjelaskan, dana hasil divestasi MBSS bakal digunakan untuk investasi baru di sektor non batubara. "Kami telah berkomitmen untuk tidak melakukan investasi baru di sektor batubara," ujar Ricky kepada Kontan.co,id, Selasa (12/10). Kendati demikian, dia belum merinci bakal dialokasikan untuk membiaya proyek apa saja. Kendati demikian, Ricky memastikan saat ini sejumlah upaya mendukung diversifikasi terus dilakukan. Tercatat, proyek fuel terminal (tangki penyimpanan BBM) berkapasitas 96 juta liter di Kalimantan Timur sudah beroperasi sejak akhir tahun lalu.
Baca Juga: Permintaan meningkat, Indika Energy (INDY): Ekspor batubara ke China prospektif Sementara itu, INDY pun menargetkan investasi baru untuk sektor non batubara termasuk sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) bakal mulai berkontribusi ke kinerja perusahaan pada tahun 2023-2024 mendatang. "Saat ini masih dalam tahapan pengembangan," jelas Ricky. Sementara itu, dari sektor tambang emas, tercatat melalui anak perusahaannya, PT Indika Mineral Investindo telah merampungkan pengambilalihan seluruh modal yang telah disetor dan ditempatkan di Nusantara Resources Limited (NUS). Pengambilalihan ini dilakukan selain dari saham yang telah dimiliki oleh Indika Mineral sebelumnya, melalui mekanisme
scheme of arrangement sebagaimana diatur di Australian Corporations Act 2001 (Cth). Sebelumnya, Indika Energy, dan atau melalui Indika Mineral telah memiliki sekitar 28% saham di Nusantara Resources serta kepemilikan saham secara langsung di PT Masmindo Dwi Area (Masmindo). Indika Mineral telah membayar A$ 0,35 per saham untuk 168.041.107saham dengan nilai keseluruhan sebesar A$ 58,81 juta. "Untuk proyek tambang emas Awak Mas, kami telah menyelesaikan akuisisi saham Nusantara sehingga kami memiliki kepemilikan 100% di proyek ini," kata Ricky.
Ricky mengungkapkan, pihaknya telah menyelesaikan tahapan FEED (
Front-End Engineering Design) dari proyek ini. Proyek tambang emas ini pun ditargetkan mulai berproduksi di tahun 2024 dengan
output sekitar 100.000 ons emas per tahun. Sementara itu, menanggapi melonjaknya harga komoditas batubara secara global, Ricky mengungkapkan kinerja perusahaan diharapkan dapat ikut terdongkrak. "Kami berharap kinerja kami secara keseluruhan lebih baik daripada tahun sebelumnya," ujar Ricky. Kontan mencatat, di tengah melonjaknya harga batubara global, INDY tetap mengalokasikan 15%-20% dari penjualan batubaranya untuk pasar spot di tahun ini. Selebihnya, penjualan batubara perusahaan dialokasikan untuk penjualan dengan skema kontrak jangka panjang, menengah, dan tahunan. Indika Energy mengejar target produksi konsolidasi 37,3 juta ton batubara pada tahun ini. Target tersebut merupakan target hasil revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) perusahaan yang telah disetujui oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Baca Juga: Harga batubara sedang panas, berikut rekomendasi saham sejumlah emiten batubara Asal tahu saja, sebelumnya INDY mencanangkan rencana produksi konsolidasi untuk tahun ini hanya 31,4 juta ton.
Sepanjang periode Januari-Juni 2021, Indika telah mencatatkan produksi konsolidasi sekitar 19,8 juta ton batubara atau setara dengan 53,08% dari target produksi konsolidasi pasca revisi RKAB. Adapun total pendapatan konsolidasi yang dibukukan oleh INDY sepanjang semester pertama tahun ini mencapai sebesar US$ 1,28 miliar, naik 14,07% dibanding realisasi pendapatan semester pertama tahun lalu yang sebesar US$ 1,12 miliar. Dari hasil pendapatan itu, INDY mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar US$ 12 juta di semester I 2021, berbalik dari posisi
bottom line INDY di semester I 2020 tercatat rugi bersih US$ 21,91 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat