KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (
INDY) melanjutkan ekspansi bisnis kendaraan listrik. Langkah ini menjadi upaya INDY mendiversifikasikan bisnis non batu bara. Emiten pertambangan ini baru saja menyertakan saham pada perusahaan mobil listrik tanggal 17 Oktober 2022. Lewat anak usahanya yakni PT Mitra Motor Group (MMG), INDY telah melaksanakan penyertaan saham dalam PT Energi Makmur Buana (EMB) pada 17 Oktober 2022. EMB ialah suatu perseroan terbatas yang bergerak di bidang distribusi kendaraan listrik roda empat. Hal ini menyusul langkah INDY mendirikan perusahaan patungan untuk membangun pabrik khusus mobil listrik. Melalui MMG, INDY telah membentuk perusahaan patungan dengan Foxtec Singapore Pte Ltd pada 22 September 2022. Nama entitas baru itu adalah PT Foxconn Indika Motor (FIM).
Baca Juga: Indika Energy (INDY) Suntik Modal Perusahaan Mobil Listrik Senilai Rp 20 Miliar Sebelumnya, INDY sudah lebih dulu masuk ke bisnis kendaraan listrik roda dua yang dipasarkan dengan nama ALVA. INDY bahkan memproyeksikan aktivitas produksi bisa dimulai bulan November 2022 seiring rampungnya pembangunan pabrik. Analis Pilarmas Investindo Johan Trihantoro menilai, masuknya INDY ke bisnis
Electric Vehicle (EV) atau kendaraan listrik merupakan upaya diversifikasi bisnis emiten pertambangan tersebut. Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai kemudahan yang diberikan pemerintah untuk mengembangkan usaha kendaraan listrik sehingga menjadi peluang bagi pelaku usaha. Terlebih lagi, kondisi demografi nasional dan sikap
modern consumption masyarakat yang menginginkan kendaraan ramah lingkungan akan mendorong kepemilikan kendaraan listrik di masa mendatang. Johan bilang, berbagai kerja sama yang dilakukan oleh INDY dalam memproduksi kendaraan listrik tersebut akan memberikan alternatif sumber pendapatan yang dimiliki oleh perusahaan. Diversifikasi bisnis ini dirasa sudah tepat waktunya mengingat era kendaraan listrik sudah di depan mata. "Tentunya ini akan menjadi tambahan portofolio bisnis INDY yang akan memberikan kontribusi pendapatan," kata Johan saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (19/10). Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menambahkan bahwa jika bisnis kendaraan listrik INDY diminati, maka bukan tidak mungkin kontribusi pendapatan dari bisnis kendaraan listrik bakal mengimbangi bisnis batu bara. "Mengingat pemerintah juga sedang mengusahakan penerapan mobil listrik," imbuh Cheril kepada Kontan.co.id, Rabu (19/10). Cheril menuturkan, portofolio bisnis batu bara yang menghasilkan pundi-pundi keuntungan juga bakal mempercepat ekspansi INDY untuk menggarap bisnis kendaraan listrik.
Seperti diketahui, emiten pertambangan batu bara ini membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 200,65 juta di enam bulan pertama 2022. Capaian laba bersih itu melejit 1.572% dari laba bersih pada periode yang sama tahun lalu senilai US$ 12,00 juta.
Cheril mencermati bisnis kendaraan listrik bisa menjadi sentimen positif untuk jangka menengah hingga jangka panjang bagi INDY. Setidaknya dua hingga tiga tahun lagi, diprediksi INDY baru akan menuai dari upaya diversifikasi bisnisnya pada kendaraan listrik. Senada, Johan menilai INDY membutuhkan waktu untuk menciptakan ekosistem bisnis kendaraan listrik yang terintegrasi. Sebab, penyedia EV akan menghadapi tantangan mulai dari produksi, operasional, pasca produksi dan juga berbagai usaha mempromosikan produk kendaraan kepada masyarakat. Cheril merekomendasikan saham INDY untuk dibeli dengan target harga Rp 3.500 per saham. Sedangkan, Johan memprediksikan harga saham INDY bakal berada pada kisaran Rp 3.450- Rp 3.675 per saham dalam jangka pendek. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .