Indikator ekonomi lemah, poundsterling loyo



JAKARTA. Kurs poundsterling terkulai di akhir pekan lalu, Lemahnya sejumlah indikator ekonomi Inggris memicu poundsterling tertekan.Jumat (21/2), pasangan GBP/USD turun 0,21% dibanding hari sebelumnya menjadi 1,6616. GBP juga melemah 0,35% versus EUR ke level 0,8267. Namun, GBP masih lebih kuat 0,11% melawan AUD  ke posisi 1,8509.Pada pekan lalu, poundsterling melemah 0,8% versus dollar AS. Ini merupakan koreksi mingguan yang terbesar dalam tiga bulan terakhir. Namun, GBP/USD sempat naik menjadi 1,6823 pada 17 Februari, atau tertinggi sejak November 2009. Stamina GBP mulai loyo setelah data inflasi Inggris per Januari 2014 dilaporkan melambat menjadi 1,9%, dibanding bulan sebelumnya 2%. Selain itu, tingkat pengangguran Inggris pada kuartal IV-2013 naik menjadi 7,2%, dari kuartal sebelumnya 7,1%. Lalu, data penjualan ritel sepanjang Januari lalu turun 1,5%, setelah naik 2,5% pada Desember 2013.Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menilai, pergerakan GBP cukup baik di awal tahun ini. Kecemasan pelaku pasar terkait isu kenaikan suku bunga dalam waktu dekat bisa diredam setelah pejabat Bank of England (BoE) menyatakan belum akan mengerek bunga. Pasalnya, perekonomian Inggris masih butuh kebijakan pelonggaran moneter demi memacu pertumbuhan. 

"Meski GBP melemah versus USD, tapi tidak terlalu dalam. Sebab data ekonomi AS seperti klaim pengangguran dan penjualan rumah juga mengecewakan," ungkapnya.Sementara, analis Philip Futures Indonesia, Juni Sutikno menyebut, ekonomi Inggris masih cukup baik. Makanya, GBP tidak terlalu terpukul. Masih ada data ekonomi yang positif, seperti produk domestik bruto (PDB) dan data manufaktur. "Ekonomi Inggris masih relatif stabil dibandingkan negara anggota zona Euro, seperti Italia, Portugal, Spanyol yang masih bergejolak," ungkapnya.Wahyu Tribowo Laksono, analis PT Megagrowth Futures bilang, pasangan GBP/AUD masih akan menguat, meski data Inggris negatif. Aussie sedang tertekan lantaran buruknya data manufaktur China yang notabene mitra dagang utama Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini