Indikator ekonomi suram, IHSG tertahan



JAKARTA. Meski sudah menginjak kuartal II, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nyatanya tak mampu tumbuh tinggi. Bahkan, pertumbuhan IHSG tertinggal ketimbang mayoritas bursa di Asia.

Hingga akhir pekan lalu (17/4), IHSG baru tumbuh 3,51%. Bandingkan dengan indeks saham di bursa China yang melambung 32,54%, indeks Hang Seng di bursa Hong Kong naik 17,15% serta indeks Nikkei di bursa Tokyo yang tumbuh 12,62%.

Para analis melihat melempemnya kinerja IHSG sejalan dengan kondisi ekonomi Indonesia. "Banyak investor ragu dengan outlook Indonesia," tandas analis First Asia Capital, David Sutyanto.


Adapun, Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo melihat, pemodal menunda pembelian saham karena tak yakin rupiah akan menguat. Investor berharap Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan untuk memacu perekonomian.

Sejatinya, beberapa indikator ekonomi makro Indonesia menunjukkan perbaikan dalam beberapa bulan terakhir,  misal neraca dagang surplus dan terjadi deflasi. Belakangan, rupiah juga mulai menguat. Masalahnya, BI rate belum juga turun. David bilang, BI belum menurunkan suku bunga acuan karena mengantisipasi keputusan The Fed yang akan menaikkan suku bunga.

Beberapa kebijakan pemerintah juga menahan laju IHSG. Pasar merespons negatif kebijakan penurunan harga jual semen dan bea keluar ekspor bagi emiten CPO. Angka konsumsi masyarakat pun menurun. Padahal, consumer goods dinilai sebagai sektor yang cukup defensif.

Di sisi lain, David menilai, price earning ratio (PER) emiten yang terdaftar di LQ-45 sudah mahal. Padahal, kinerja fundamental emiten saat ini cenderung stagnan.

David menyarankan investor mencermati saham lapis dua dan tiga. Saham pilihannya: sektor tambang yang memiliki strategi diversifikasi di tengah memburuknya harga komoditas,  seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Selain itu, saham sektor kebun masih menarik.

Satrio meramal, IHSG berpotensi di 5.000-5.350.  Jika batas bawah tak tembus, IHSG berpeluang naik ke 6.000-6.350 hingga akhir 2015. Adapun David memprediksi IHSG bisa ke level 5.850.                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto