Indikator makroekonomi kuartal I tidak sesuai asumsi, Kemkeu akan evaluasi APBN 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi sejumlah indikator makroekonomi sepanjang kuartal pertama lalu tidak sesuai dengan asumsi yang ditetapkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019.

Beberapa indikator tersebut antara lain nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), harga minyak mentah atau Indonesia Crude Price (ICP), serta capaian lifting minyak dan gas bumi.

Meninjau nilai tukar rupiah, pergerakan menunjukkan tren stabil menguat sejak awal tahun. Hingga hari ini, rupiah di pasar spot tercatat menguat 1,79% year-to-date (ytd) ke level Rp 14.133.


Begitu pun dengan kurs rupiah menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, menunjukkan penguatan nilai tukar rupiah 2,29% ytd. Sementara, pemerintah menetapkan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.000 per dollar AS dalam APBN 2019.

Berikutnya, berdasarkan perhitungan Formula ICP oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rata-rata ICP minyak mentah Indonesia bulan Maret 2019 mencapai US$ 63,60 per barel.

Harga minyak memang mengalami kenaikan dibandingkan awal tahun, namun rata-rata ICP Januari-Maret baru mencapai US$ 60,49 per barel. Artinya, rata-rata ICP sepanjang kuartal-I 2019 masih jauh dari asumsi makro dalam APBN yaitu US$ 70 per barel.

Terakhir, lifting minyak dan gas (migas) di kuartal I-2019 belum mencapai target. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) juga mencatat lifting migas sebesar 1,814 juta boepd atau baru mencapai 94,6% dari target APBN 2019 sebesar 2.025 mboepd.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengakui realisasi indikator makroekonomi hingga kuartal pertama lalu menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah saat ini. "Ini menjadi salah satu hal yg di-monitor bulanan dalam rapat ALM (Asset Liability Management)," ujar Askolani kepada Kontan.co.id, Selasa (9/4).

Kendati begitu, Askolani mengatakan, Kemkeu masih akan terlebih dahulu membahas dalam rapat terkait hasil perkembangan realisasi indikator makroekonomi hingga akhir Maret lalu. Lantas, ia masih belum memberi gambaran seperti apa hasil evaluasi tersebut dan dampaknya terhadap pelaksanaan APBN 2019 sejauh ini.

Selain itu, Askolani juga menjelaskan bahwa pemerintah akan mengevaluasi asumsi makroekonomi secara keseluruhan, meski deviasi yang terjadi sepanjang kuartal-I terdapat pada beberapa indikator saja.

"Semua aspek akan kami ulas secara menyeluruh, bukan hanya indikator kurs rupiah dan harga minyak saja," tandasnya.

Sebelumnya, Askolani mengatakan, pemerintah terus memantau pergerakan indikator makroekonomi yang akan berpengaruh pada kinerja APBN 2019 secara keseluruhan. Perbedaan realisasi dengan asumsi juga telah terjadi sejak Januari, tetapi Kemkeu menetapkan evaluasi dilakukan setelah anggaran berjalan setidaknya di kuartal pertama.

Dalam konferensi pers APBN KiTa pertengahan Maret lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga bilang, kondisi makroekonomi Indonesia diperkirakan masih akan sangat dinamis, terutama dalam kaitannya dengan proyeksi pelemahan ekonomi global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara ekonomi besar.

"Maka kita harus terus waspada dalam melaksanakan APBN 2019, terutama hal-hal yang terkait dengan risiko global," ujar Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .