Indo Kordsa (BRAM) antisipasi efek perang dagang AS-China



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek perang dagang tak hanya mempengaruhi Amerika Serikat (AS) dan China tapi juga perusahaan asal Indonesia. Maka itu, PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) sudah mulai menyiapkan strategi untuk mengantisipasi.

Mehmet Zeki Kanadikirik, Presiden Direktur PT Indo Kordsa Tbk mengatakan, pasca AS menaikkan tarif impor barang dari China di pekan lalu yang memicu perang dagang lanjutan, membuat ketidakpastian ekonomi dunia dan juga berimbas ke negara-negara Asia Pasifik. Negara-negara yang menjadi pasar ekspor produsen kain ban ini juga ikut kena imbasnya.

"Tentu ada efek di pasar global. Tapi kami siap ambil langkah untuk meminimalisir dan memitigasi efek dari perang dagang tersebut," kata Zeki kepada Kontan.co.id, Selasa (14/5).


Menurutnya, pabrik dari China punya kapasitas yang besar untuk masuk ke pasar global dan juga AS. Namun pasca tertutupnya jalur perdagangan China ke AS membuat adanya perubahan halauan. Salah satu pasar yang mudah dan dibidik China yakni negara Asia yang notabene salah satu pasar bagi Indo Kordsa.

Oleh karena itu, Indo Kordsa tahun ini belum ada ekspansi dan aksi korporasi baru. Zeki mengatakan, langkah pertama perusahaannya yakni mengoptimalkan pabrik yang sudah ada. Selanjutnya Indo Kordsa akan berupaya mempertahankan suplai produknya ke pabrikan dunia maupun domestik.

"Bila Tiongkok menerapkan tarif murah ke kliennya, kami terkadang tidak mau ikut masuk bersaing harga. Kami lebih baik mencari klien lain dan berusaha mempertahankan profit margin," katanya.

Sayangnya untuk target laba dan penjualan di tahun ini belum dibeberkan. Zeki menjelaskan, pihaknya menargetkan secara kinerja minimal sama dengan tahun lalu dan berharap kinerja bisa naik di tahun 2019.

Dalam laporan keuangan tahun 2018 tercatat penjualan Indo Kordsa sebesar US$ 266,44 juta atau naik dari periode tahun 2017 yang senilai US$ 241,78 juta. Meski demikian beban pokok penjualan menekan laba bersih.

Alhasil laba bersih BRAM pada periode 2018 tercatat US$ 16,9 juta atau turun dari tahun 2017 sebesar US$ 22,3 juta.

Secara komposisi, penjualan Indo Kordsa tahun lalu sebanyak 54% untuk pasar ekspor dan sisanya dari domestik. Untuk tahun ini diperkirakan porsi penjualan ekspor sebesar 55% dan 45% domestik. "Selain suplai ke perushaaan afiliasi di Thailand (Thai Indo Kordsa, Co Ltd) kami juga banyak ekspor ke Jepang tahun ini," jelasnya.

Untuk pasar ekspor, Indo Kordsa banyak juga suplai ke perusahaan-perusahaan ban global. Sedangkan di domestik ada dua tipe. Yakni perusahaan domestik asli seperti PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), dan juga perusahaan global yang memiliki pabrik di Indonesia. Seperti Goodyear, Bridgestone, Sumitomo dan Hankook.

Saat ini perusahaan memproduksi kain ban, serat/filamen buatan, benang nylon dan benang polyester. Jenisnya termasuk kain ban yang berbahan baku nylon66 dan juga polyester. Lalu ada benang nylon66 untuk bahan baku ban. Serta benang polyester HMLS yang dipakai sebagai bahan baku untuk memproduksi kain ban.

Secara volume penjualan pada tahun 2018 penjualan kain ban masih menjadi salah satu yang terbanyak. Tercatat volume penjualan kain ban BRAM pada tahun 2018 sebesar 57.108 metrik ton (MT). Atau naik 4,78% dari tahun 2017.

Serta pada tahun 2018, volume penjualan benang polyester HMLS (High-Modulus-Low-Shringkage) naik 49,66% menjadi 9.369 MT.Sementara itu benang nylon 66 justru turun 18,99% di periode tahun 2018 menjadi 4.031 MT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat