KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume penjualan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) masih terkoreksi setidaknya hingga Oktober 2022. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, volume penjualan semen di Oktober 2022 sebesar 1,5 juta ton. Pencapaian ini turun 10% dibanding bulan sebelumnya. Marcos bilang, penurunan penjualan semen di periode Oktober seiring dengan pasar domestik yang juga merosot 12%.
Baca Juga: Profitabilitas Indocement (INTP) Diproyeksi Membaik di 2023, Ini Rekomendasi Sahamnya “Jadi, pencapaian kami lebih baik dibanding dengan rata-rata pasar domestik,” kata Marcos. Meski penjualan semen masih koreksi, penjualan klinker INTP tumbuh positif. Dimana penjualan klinker pada periode Oktober meningkat 100% dibanding bulan sebelumnya. Adapun volume penjualan klinker di periode Oktober 2022 mencapai lebih dari 100.000 ton. Kenaikan penjualan klinker ini, kata Marcos, disebankan kenaikan kebutuhan dari pabrikan semen lain yang membutuhkan klinker. Jika diakumulasikan, total volume penjualan semen selama Januari sampai Oktober 2022 mencapai 13.5 juta ton. Realisasi ini sedikit lebih rendah dari pencapaian penjualan di periode yang sama tahun lalu sebesar 13.8 juta ton. Penjualan Indocement sepanjang tahun ini tetap didominasi oleh semen kantong, namun pertumbuhannya terkoreksi minus. “Di satu sisi pertumbuhan semen curah kami di tahun ini meningkat pesat sebesar 14% lebih,” kata Marcos. Kenaikan penjualan semen curah sehubungan adanya proyek yang memerlukan semen curah. INTP memproyeksi penjualan tahun ini tumbuh 2% sampai 4%. Musim hujan tentunya memang menjadi kendala bagi industri semen, dimana distribusi logistik menjadi terganggu. Marcos mengakui musim hujan tahun ini datang lebih awal dari biasanya, sehingga faktor cuaca menjadi salah satu faktor penyebab volume penjualan INTP mengalami sedikit penurunan. Sementara tahun depan, INTP memperkirakan penjualan semen domestik akan tumbuh sekitar 1% sampai 2%. Proyeksi moderat ini seiring dengan prediksi akan terjadinya resesi global, yang tentunya akan berdampak kepada perekonomian Indonesia. Ditambah, tahun depan adalah tahun politik, dimana pada umumnya semua pelaku usaha akan wait and see melihat bagaimana proses pesta demokrasi berjalan. Tahun ini, INTP menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai Rp 1 triliun. Marcos menuturkan, serapan capex kurang lebih sudah mencapai 70%. Capex digunakan untuk beberapa keperluan yang cukup major, diantaranya proyek pemasangan bag filter di salah satu pabrik INTP di Citeurup, penyelesaian fasilitas penerimaan refused derived fuel (RDF), dan juga proyek penyambungan listrik di pabrik INTP di Tarjun, Kalimantan Selatan. INTP mencatatkan pendapatan sebesar Rp 11,66 triliun sepanjang periode sembilan bulan pertama 2022. Realisasi ini naik 9,85% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,60 triliun. Naiknya pendapatan disebabkan kenaikan harga yang telah dilakukan secara bertahap sejak awal tahun. Sampai saat ini, secara rata-rata, INTP telah melakukan kenaikan harga berkisar 15% dibanding tahun lalu.
Baca Juga: Tekan Emisi, Indocement (INTP) Gencarkan Penggunaan Semen Hijau Ramah Lingkungan Hal ini dilakukan INTP untuk merespon kenaikan ongkos-ongkos produksi, terutama kenaikan biaya energi akibat kenaikan harga batubara dan bahan bakar lainnya. Dari sisi bottomline, produsen semen merk Tiga Roda ini membukukan laba bersih Rp 291,54 miliar di semester pertama 2022. Realisasi ini menurun 50,3% dari laba bersih yang diraup Indocement pada periode yang sama tahun lalu. Profitabilitas INTP pun diproyeksi membaik seiring mulai melandainya harga energi. Limartha Adhiputra, analis UOB-Kay Hian Sekuritas memperkirakan, laba bersih INTP tahun depan akan tumbuh 48,9%, seiring dengan harga batubara yang terkoreksi. Selain itu, Indocement juga telah mengamankan 50% dari batubara dengan harga domestik market obligation (DMO) hingga kuartal pertama 2023. Selain itu, INTP juga meningkatkan penggunaan sumber energi alternatif selain batubara, seperti listrik dan bahan bakar alternatif guna mengurangi konsumsi batubara. Per akhir September 2022, Limartha menyebut tingkat konsumsi bahan bakar alternatif INTP telah meningkat menjadi 18,4% dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar alternatif pada tahun 2021 yang hanya 12,2%. Kinerja INTP juga bakal terdorong dengan aksi ekspansif emiten ini, dimana INTP akan mendorong penjualan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN), Jawa Timur dan Sulawesi. INTP akan menggenjot penjualan produk semen hijau (Beton) untuk proyek infrastruktur dan komersial, termasuk pembangunan IKN. Pabrik semen sewaan dan fasilitas pendukung lainnya di Maros, Sulawesi Selatan juga telah beroperasi di bawah merek Semen Bosowa Maros (SBM) untuk menembus pasar Indonesia timur dan pasar ekspor. Kedua pasar tersebut merupakan pasar yang sedang berkembang. Sementara itu, pabrik penggilingan semen di Banyuwangi juga difokuskan untuk menembus pasar Jawa Timur dan Bali.
Untuk tahun ini, Limartha menilaiI NTP akan dapat mencapai target proyeksi pendapatan sebesar Rp16,9 triliun, dengan proyeksi volume penjualan semen yang flat. EBITDA tahun ini diharapkan mencapai Rp2,7 triliun, turun 10,6% secara tahunan. Sedangkan laba bersih INTP diperkirakan sebesar Rp 1,2t, menurun 32,1% secara tahunan dari laba bersih tahun 2021 sebesar Rp 1,8 triliun.
Dengan penjualan semen diperkirakan tumbuh 1,5pada tahun depan, pendapatan INTP diharapkan meningkat 3,4% secara tahunan menjadi Rp17,5 triliun pada tahun 2023. UOB-Kay Hian mempertahankan rekomendasi beli saham INTP dengan target harga Rp11.500. “Kami memperkirakan laba bersih INTP tumbuh 48,9% pada tahun 2023, didukung oleh biaya energi yang lebih rendah, dengan margin bersih pulih menjadi 10,4% pada tahun 2023, dan potensi pertumbuhan penjualan dari proyek IKN dan pasar Indonesia Timur,” tulis Limartha dalam riset, Jumat (25/11). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi