JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berniat menaikkan harga jual semen antara 1%-2%. Langkah ini demi mengimbangi kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Maklum, sekitar 60%-65% kebutuhan listrik INTP dipasok oleh PT PLN. Sebelumnya, pada Desember tahun lalu, INTP sempat mengerek harga jual semen sebesar 1,5%. Manajemen menilai, kenaikan tarif listrik dapat mengerek beban biaya operasional sekitar 5%-10%. Adapun beban listrik memegang porsi hingga 20% dari total biaya produksi INTP. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan memprediksi, keputusan menaikkan harga semen tidak akan mengurangi pangsa pasar INTP. "Kalaupun berpengaruh, paling di bawah 1%," ujar dia.
Budi Rustanto, analis Valbury Asia Securities, dalam riset 6 Mei 2014 menyebutkan, besarnya biaya bahan baku dan biaya listrik membuat beban pendapatan INTP naik 12,5% year-on-year (yoy) di kuartal I-2014. Biaya bahan baku yang menyumbang 23,7% beban pokok pendapatan meningkat 13,7% (yoy) menjadi Rp 142.000 per ton. Sedangkan bahan bakar dan biaya listrik yang menyumbang 39,6% beban pokok pendapatan meningkat 7,4% (yoy) menjadi Rp 238.000 per ton. Pada akhirnya, laba kotor INTP di kuartal I 2014 mendatar di Rp 1,97 triliun. Merujuk data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Budi menyatakan, pangsa pasar INTP di Jawa menyusut menjadi 38%, dari 39,6% di kuartal I-2014. Budi melihat, ini tren yang terus berlangsung sejak tahun lalu. Akibatnya, posisi INTP sebagai pemimpin pasar di Jawa kalah dari PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), yang menggenggam pangsa pasar 41,1%. Tapi Budi yakin, penurunan pangsa pasar disebabkan kendala kapasitas, bukan masalah permanen. Meski tertekan kenaikan tarif listrik, sektor semen tahun ini mendapat sedikitnya dua katalis positif. Pertama, dari program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) pemerintah. Steven yakin pemerintah akan terus melanjutkan program ini. Kedua, potensi kenaikan volume penjualan semen. Penjualan semen yang sempat turun akibat cuaca buruk dan banjir pada Januari dan Februari lalu, kembali naik pada Maret. Kemudian, penjualan April sempat turun lantaran investor menunggu hasil pemilu legislatif 2014.