Indocement mendirikan perusahaan anyar



JAKARTA. Demi lebih mengoptmalkan bisnis, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mendirikan PT Tiro Abadi Perkasa. Perusahaan bidang pemasaran semen dan ritel bahan bangunan ini merupakan bentukan dari dua anak usaha INTP, yakni PT Dian Abadi Perkasa dan PT Sari Bhakti Sejati.

Menurut Pigo Pramusakti, Corporate Communication Indocement Tunggal Perkasa, pendirian cucu perusahaan tersebut le depan bisa sebagai wadah anak usaha Indocement lain mengoptimalkan usaha. Misalnya saat ini Indocement memiliki bisnis Rumah Instan dengan Harga Terjangkau (RISHA).

Nah, lini bisnis Indocement yang lain, termasuk Tiro Abadi bisa memanfaatkan fasilitas tersebut. "Kami ingin menyiapkan dulu fasilitasnya sebelum mengoperasikan. Dengan perusahaan baru ini kami bisa lebih hemat dan efisien," tuturnya ke KONTAN, Senin (23/1).


Sayang Pigo tidak merinci rencana lebih lanjut dari lini bisnis anyar tersebut. Termasuk proyeksi bisnisnya.

Yang jelas, Indocement pada tahun ini ingin mendongkrak bisnis semen yang lebih positif dari tahun lalu. Dari catatan internal Indocement, realisasi penjualan Indocement tahun lalu tercatat 16,1 juta ton. Artinya, penjualan semen perusahaan ini tahun lalu sudah tercapai, meski proyeksi awal adalah sebanyak 17 juta ton.

Menurut Pigo, empat tahun belakangan ini, pasar semen domestik cuma tumbuh di bawah 5%. "Pasar memang masih sulit mendaki kencang. Tapi tahun ini kami tetap optimistis," tukasnya.

Kini kapasitas produksi Indocement bila ditambah pabrik baru P14 di Citereup, Jawa Barat bisa mencapai 25 juta ton per tahun. Sedangkan tahun ini, Indocement menargetkan penjualan semen tak muluk-muluk. Minimal naik 5%-6%, kami masih melihat terlebih dahulu kondisi pasar," ucapnya.

Agar bisa merealisasikan target tersebut, perusahaan semen ini masih mengandalkan pasar domestik, terutama di pasar ritel yang mencapai 75%. Sedangkan sisanya di segmen komersial bangunan (20%) dan infrastruktur (5%).

Sedangkan belanja modal tahun ini, Indocement menganggarkan antara Rp 1,6 triliun sampai Rp 1,7 triliun. Capex itu untuk kebutuhan pemeliharaan fasilitas produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini